Monday, April 13, 2009

Melihat Hasil Pemilu

Pemilu Legislatif telah berlalu. Demokrat meraih kemenangan besar, mengalahkan dua partai besar PDIP dan Golkar. PKS juga menuai hasil yang lumayan di peringkat 4, mengalahkan semua partai2 menengah seperti PAN, PKB, dan PPP. Ia menjadi partai Islam yang paling populer, mengatasi partai2 lama yang mendahuluinya dan mengklaim punya massa tradisional seperti Muhamadiyah dan NU. (Catatan: paling tidak dari hasil quick-count, dan kayaknya real-countnya tidak akan jauh berubah).

Demokrat kelihatannya akan menggantikan Golkar sebagai partai status quo. Terbukti para pemilih sebagian besar memilih calon yang sedang berkuasa yaitu SBY. Namun para pemilih tidak sadar kalau SBY tidaklah menjadi anggota parlemen. Yang menjadi anggota parlemen adalah caleg dari Partai Demokrat. Dengan hanya memilih partai (karena SBY) tanpa memilih calon, adalah sama saja dengan memilih kucing dalam karung, alias sami mawon dengan pemilu sebelumnya. Dan yang lebih parah lagi, SBY terlalu dominan di Partai Demokrat, sehingga hampir bisa dipastikan para caleg dari demokrat akan manut ke dia. Eksekutif akan menjadi terlalu kuat.

Yang menarik adalah bagaimana pemilih demokrat di pemilu lima tahun mendatang, karena SBY tidak boleh lagi ikut mencalonkan diri sebagai presiden. Apakah ini lonceng kematian Partai Demokrat karena terlalu bergantung pada satu figur? Dan rasanya Partai Demokrat belum bisa menelorkan anggota yang berkualitas dan terdengar. Coba, anda tau nggak siapa ketua Partainya dan gembong-gembongnya? Hampir pasti anda tidak tahu...

Pemilih Golkar juga nampaknya banyak yang beralih ke demokrat. Mereka ini adalah sebagian besar dari rakyat kita yang sebenarnya tidak terlalu mau pusing dengan urusan politik dan tidak suka gonjang-ganjing. Ya sudah, pilih saja yang berkuasa. Ini terus terang bukanlah sebuah budaya politik yang sehat, karena meskipun penguasa gagal menjalankan pemerintah, kemungkinan ia terpilih tetap besar. Rakyat lebih suka status quo. Untung saja di konstitusi sudah dibatasi dua kali, kalau tidak SBY bisa jadi kayak Pak Harto (dengan sistem demokrasi langsung) yang berkuasa terus. Payah...

No comments: