Tuesday, July 31, 2007

Trotoar, Pohon, dan Pedagang Kaki Lima

Sewaktu temanku dari Malaysia berkunjung, dan aku menemaninya jalan-jalan di Bandung, dia mengajukan sebuah pertanyaan yang kedengarannya mungkin aneh di telinga sebagian besar orang Indonesia: Kenape pohon ditanam di pedestrian?

Lihatlah di sepanjang trotoar di manapun, Jakarta, Bandung (mungkin ada kota lain yang cukup beradab untuk tidak menaman pohon di trotoar, saya belum tahu, tong kasih tahu kalau ada). Banyak pohon ditanam di trotoar, yang membuat pejalan kaki harus bermanuver karena jalannya terhalang pohon. Maksudnya mungkin baik memberikan keteduhan, tapi plis, jangan di tengah trotoar dong, apalagi di trotoar yang emang udah sempit.

Trotoar memang belum dianggap jadi kebutuhan. Ia jadi semacam pelengkap saja. Ada sukur, gak juga gak apa2. Mau bagaimana lagi, pejalan kaki (dan juga pengendara sepeda kupikir) tidak pernah menjadi bagian yang dipikirkan para pengambil keputusan di bidang transportasi. Tak terlalu salah juga mungkin, karena persentase mereka yang sangat kecil dibandingkan para pemakai kendaraan bermotor. Ini akan sangat berbeda dengan negara2 maju yang justru mementingkan pejalan kaki dan pemakai sepeda.

Kenapa? Karena berjalan kaki dan bersepeda tidak membuat polusi. Karena itulah kebiasaan seperti ini perlu dimanjakan. Belanda malah berjalan begitu jauh sampai membuat jalan khusus sepeda dan bisa mencantolkan sepeda di bis umum. Bayangkan, aku bisa naik busway dari Depok, sepeda digantungkan di samping bis, lalu turun di Sudirman, dan meneruskan perjalanan di jalur sepeda di sepanjang Sudirman Thamrin. Entah kapan mimpi seperti ini bisa terwujud.

Pejalan kaki dan pengendara sepeda memang terzalimi di negeri ini. Bukan hanya oleh pemerintah, melainkan juga oleh pedagang kaki lima, yang telah mengambil hak berjalan di trotoar yang sudah sempit, menjadi tempat mereka berjualan. Mungkin ini juga tidak bisa terlalu disalahkan karena alasan himpitan ekonomi. Mereka kalau diberi kesempatan mungkin juga tidak mau jadi pedagang kaki lima.

Bagaimana pun, masalah ini rumit untuk diselesaikan, karena mengangkut kebijakan transportasi dan lingkungan yang utuh dan komprehensif, dan di dalamnya juga terdapat masalah ekonomi dan pendapatan masyarakat.

Monday, July 30, 2007

Etika Ber-BusWay Ria

Ini sekedar uneg2ku selama beberapa bulan ber-busway ria.

Setelah berjalan beberapa lama, busway nampaknya mendapat sambutan yang lumayan oke dari penduduk Jakarta dan sekitarnya, termasuk aku. Beberapa nada negatif di awal dibangunnya busway nampaknya menghilang, mudah2an karena melihat manfaatnya, bukan karena diancam.

Memang disana-sini masih ada kekurangan: jarak antar bis yang belum pas tiap 5 menit katakanlah. Kadang mesti nunggu hampir setengah jam. Begitu pula kadang ada sopir yang ugal2an kalau ngerem sehingga banyak yang hampir terjatuh. Kondisi halte dan terutama kanopi juga sering rusak dan bolong, dan perbaikannya lambat. Tapi bagaimanapun, dengan kekurangan itu, kebebasan dari macet yang berarti hemat waktu yang ditawarkan busway masih membuatnya jadi pilihan banyak orang.

Ini ada beberapa tips supaya kita semua enak ber-busway ria:

1. Kalau naik busway jangan numpuk di pintu semua. Minggir ke depan atau ke belakang, untuk memberi tempat bagi orang yang mau naik atau turun. Lagi pula ngapain tumpuk2an di pintu. Kan ada tempat longgar di depan dan di belakang. Jangan takut gak bisa turun. Ini kan bukan bis atau KRL. Pasti ditungguin sama sopirnya...

2. Hati2 dengan dompet dan handphone. Udah kejadian beberapa kali ada yang kecopetan. Periksa selalu dompet dan handphone. Kalau ilang langsung teriak. Pengemudi bersama petugas akan memerintahkan penggeledahan penumpang. Mudah2an copetnya belum sempat turun.

3. Please deh, para pengemudi kendaraan bermotor, terutama sepeda motor, jangan masuk jalur busway, kecuali dalam situasi khusus diizinkan petugas. Udah mengambil hak yang bukan miliknya, juga berbahaya bagi keselamatan nyawa Anda sendiri. Mungkin Dislanta perlu memperlakukan busway seperti kereta api, alias dapat prioritas. Dan bagi petugas, tolong berikan sangsi yang berat bagi pelanggar jalur busway. Demi nyawa mereka juga.

4. Kenek busway lebih tegas dong ngadepin penumpang yang bandel, yang maksa naik walau sudah penuh misalnya. Anda pakai seragam dan memang dibayar untuk menjaga ketertiban dan keamanan bersama. Pasti didukung penumpang lain kok... Kita kan mau enak semua. Jangan karena ulah satu orang, yang lain semua kena getahnya.

Tuesday, July 10, 2007

Tujuh Keajaiban Dunia

Kalau kita ditanya tentang apakah Borobudur termasuk dalam 7 keajaiban dunia. Sebagian besar dari kita pasti menjawab ya. Sayangnya itu kurang tepat.

Pertama-tama kita harus tahu terlebih dahulu apa itu 7 keajaiban dunia. Dulunya di jaman Yunani kuno, ada daftar otoritatif yang membuat 7 buatan manusia yang paling dianggap mengagumkan di jaman itu. Itulah yang dikenal dengan 7 keajaiban dunia. Ketujuh keajaiban itu adalah:
1. Piramida Giza, di Memphis, Mesir Kuno
2. Taman Gantung Babilonia
3. Patung Zeus dari emas di Olympus, Yunani
4. Kuil Artemis di Efesus, Asia Kecil
5. Mausoleum di Hallicarnassus, Persia
6. Patung Helios di Rhodes, Yunani
7. Mercu Suar di Alexandria

Dari ketujuh bangunan tersebut, enam di antaranya sudah musnah, kecuali piramid di Mesir.

Mengacu pada tradisi di atas orang di abad pertengahan sering mencoba menyusun kembali apa yang bisa dimasukkan ke dalam 7 keajaiban dunia yang masih ada. Listnya bervariasi dan tidak pernah ada kesepakatan.

Konyolnya, kita tak ketinggalan untuk menyusun daftar suka2 kita, dan tidak lupa memasukkan kebanggaan kita sendiri, Candi Borobudur ke dalamnya. Bukan berarti CAndi Borobudur tidak megah, loh, ini hanya sekedar masalah list saja. Dan yang lebih konyol lagi kita mendapatkan itu sebagai versi resmi yang dipelajar di sekolah.

Tapi mau tau yang lebih lucu lagi gak? Baca berita di detik.com ini. Di berita ini ditulis bahwa Acropolis di Yunani memimpin polling tersebut. Coba Anda lihat sendiri daftarnya. Ada yang aneh? Itu bukan urutan polling sementara, melainkan hanya list ALPHABETICAL ORDER! Sayang sekali penulis berita tersebut asal saja menuliskan list tersebut sebagai rangking. Ha..ha... Mungkin memang baru segitu kualitas jurnalisme kita.

Kalau mau tau hasil votingnya lihat di sini

Tanpa mengurangi kekaguman saya terhadap Borobudur. Tidak masuknya Borobudur 7 keajaiban, bahkan tidak masuk nominasi, adalah salah satu indikator bahwa pamornya di dunia memang kalau dengan katakanlah Angkor Vat di Kamboja, yang meskipun kalah voting sempat masuk nominasi.

Well, kembali ke laptop! Kecewa kalau Borobudur tidak lagi menjadi bagian dari tujuh keajaiban dunia? Gak usah, karena emang gak pernah masuk, kecuali kita masuk-masukin sendiri... :p

Lagi pula kecewanya sekarang. Telat banget. Padahal Borobudur kalah sebelum bertanding, karena gak masuk nominasi. Pemerintah pada iseng lagi saling nyalahin... Pusing deh...