Tahu Bank Bumi Putra? Mungkin banyak yang gak tau
Tahu Taksi Mersindo? Itu tuh, taksi oranye baru yang banyak beredar sekarang.
Lah hubungannya apa?
Taksi Mersindo sedikit berbeda dengan taksi pada umumnya. Mereka memakai mobil Proton, buatan tetangga kita Malaysia. Bank Bumi Putra... adalah juga bank yang dimiliki sahamnya oleh Malaysia.
KKN? Bukan itu yang ingin aku bahas. Dengar punya dengar, dari supir2 Mersindo, pada mulanya mereka adalah pecahan dari Kosti (Koperasi Taksi) yang baru saja kolaps karena uang anggotanya sebanyak 8 milyar dibawa kabur pengurus koperasi. Lalu mereka butuh pinjaman modal baru untuk menghidupi kembali. Mereka mencoba mencari pinjaman bank kesana kemari, namun selalu ditolak, dengan alasan tidak laik kredit, akibat kolapsnya koperasi mereka. Perlu ditekankan bahwa koperasi mereka kolaps bukan karena kinerja yang buruk, melainkan karena perbuatan oknum. Kinerja pinjaman mereka pada bank kreditor mereka fine2 saja.
Cerita punya cerita, akhirnya mereka mendapat pinjaman dari Bank Bumi Putra, yang notabene punya Malaysia, setelah ditolak oleh bank negeri sendiri. Bank Bumi Putra bersedia memberi kredit mereka dengan jaminan jumlah anggota dan kinerja armada mereka sebelumnya, bukan dengan agunan tanah, sertifikat, atau segala tetek bengek lainnya. Pinjaman tidak diberikan dalam bentuk uang, melainkan dalam bentuk barang, yaitu mobil Proton buatan Malaysia. Para pengemudi taksi tersebut menyambut dengan gembira, dan beroperasilah armada taksi baru dengan bendera baru Mersindo, yang oranye ngejreng itu.
Mereka sangat berterimakasih karena mendapatkan fasilitas kredit dari negeri tetangga kita, setelah ditolak oleh negeri sendiri. Maklumlah, bank-bank kita lebih suka bermain dengan SBI yang memberikan pendapatan yang pasti dan enggan mengucurkan kredit kepada sektor riil, kepada teman2 kita yang benar2 membutuhkan dana untuk usaha.
Salahkan siapa, bank kita yang tidak mau pusing sedikit...
Tuesday, March 20, 2007
Thursday, March 15, 2007
Jangan buang sampah di kali!
Itulah yang terbaca di spanduk di beberapa wilayah daerah Kelapa Gading. Yang membuat spanduknya adalah PEMDA DKI dan Summarecon selaku developer. Kedengarannya masuk akal, supaya Kelapa Gading tidak kebanjiran lagi seperti Januari 2007 kemaren.
Pertanyaan saya adalah apakah kalau masyarakat tidak membuang sampah di sungai maka otomatis tidak akan kebanjiran? You wish... Kalau saja memecahkan masalah banjir di Jakarta segampang itu!
Ini bukan berarti saya menyilahkan orang untuk membuang sampah di kali. Cuma saja banjir bukan saja karena sampah. Lihat saja Kali Sunter, airnya item dan kentel. (sayangnya gak manis, jadi belum memenuhi syarat jadi nasgitel) Walaupun sampahnya gak ada, tetap aja bau dan kalau hujan bisa dipastikan ngalirnya tersendat, la wong gak ujan saja kalinya gak ngalir.
Kalau gitu kalinya yang harus dibuat ngalir. Solusinya pasti rumit dan mahal. Hanya saja ada satu hal yang harus disoroti. Coba amati di sekitar kali, sepertinya semua limbah air rumah tangga, baik yang kumuh dan mewah, dibuang ke kali. Itu dulu deh yang diberesin. Limbah air rumah tangga itu mestinya ke septic-tank, langsung ke tanah, jangan ke sungai, biar tuh sungai gak tambah item...
Tapi lagi-lagi kan orang kita gak mau pusing dikit....
Pertanyaan saya adalah apakah kalau masyarakat tidak membuang sampah di sungai maka otomatis tidak akan kebanjiran? You wish... Kalau saja memecahkan masalah banjir di Jakarta segampang itu!
Ini bukan berarti saya menyilahkan orang untuk membuang sampah di kali. Cuma saja banjir bukan saja karena sampah. Lihat saja Kali Sunter, airnya item dan kentel. (sayangnya gak manis, jadi belum memenuhi syarat jadi nasgitel) Walaupun sampahnya gak ada, tetap aja bau dan kalau hujan bisa dipastikan ngalirnya tersendat, la wong gak ujan saja kalinya gak ngalir.
Kalau gitu kalinya yang harus dibuat ngalir. Solusinya pasti rumit dan mahal. Hanya saja ada satu hal yang harus disoroti. Coba amati di sekitar kali, sepertinya semua limbah air rumah tangga, baik yang kumuh dan mewah, dibuang ke kali. Itu dulu deh yang diberesin. Limbah air rumah tangga itu mestinya ke septic-tank, langsung ke tanah, jangan ke sungai, biar tuh sungai gak tambah item...
Tapi lagi-lagi kan orang kita gak mau pusing dikit....
Thursday, March 8, 2007
Headline Koran TEMPO Jumat 9 Maret 2007: "Tiga Pemicu Ledakan Garuda"
Apa yang kamu bayangkan dari headline di atas?
Wah pasti ada tiga penyebab. Misalnya satu, gesekan; dua, bom; tiga, korslet.
Ternyata setelah dibaca, begini yang ditulis:
http://www.korantempo.com/korantempo/2007/03/09/headline/krn,20070309,39.id.html
Lah itu sih bukan tiga faktor, tapi SATU, yaitu gesekan. Oksigen, dan avtur itu udah otomatis.
Sori sedikit jadi kuliah kimia. Yang namanya pembakaran itu terjadi kalau:
1. Eksitasi (bahasa awamnya percikan api, biasanya dipicu oleh gesekan, atau energi yang tinggi seperti petir)
2. Oksigen, karena reaksi kimia pembakaran membutuhkan oksigen.
3. Bahan bakar. Ini kalau mau pembakarannya terjadi terus menerus.
Tentu saja saya tidak akan menulis penyebab kebakaran rumah tetangga saya ada tiga, yaitu korek api, oksigen dan minyak tanah. Penyebabnya hanya satu, karena gesekan belerang dengan permukaan kasar pada korek api, sehingga menimbulkan percikan api yang kemudian memicu pembakaran berkelanjutan oleh minyak dan oksigen. Kemungkinan lain tentu saja misalnya percikan api yang disebabkan korsleting, lalu membakar kayu kering yang mudah terbakar. Oksigen, gak usah disebut lagi lah, karena kita gak cerita tentang kejadian di bulan yang gak ada oksigen.
Apakah redaktur sengaja nulis TIGA biar lebih heboh? Mungkin gak lucu kalau ditulis judulnya: SATU Pemicu Ledakan Garuda.
Mungkin redaksi koran kali lain perlu lebih teliti dalam berpikir dan berlogika,
asal mau pusing dikit...
Wah pasti ada tiga penyebab. Misalnya satu, gesekan; dua, bom; tiga, korslet.
Ternyata setelah dibaca, begini yang ditulis:
Hasil penyelidikan sementara Komite menyebutkan pesawat Boeing 737-400 itu terbakar karena tiga faktor, yakni gesekan material metal dengan aspal, oksigen, dan bahan bakar (avtur).
http://www.korantempo.com/korantempo/2007/03/09/headline/krn,20070309,39.id.html
Lah itu sih bukan tiga faktor, tapi SATU, yaitu gesekan. Oksigen, dan avtur itu udah otomatis.
Sori sedikit jadi kuliah kimia. Yang namanya pembakaran itu terjadi kalau:
1. Eksitasi (bahasa awamnya percikan api, biasanya dipicu oleh gesekan, atau energi yang tinggi seperti petir)
2. Oksigen, karena reaksi kimia pembakaran membutuhkan oksigen.
3. Bahan bakar. Ini kalau mau pembakarannya terjadi terus menerus.
Tentu saja saya tidak akan menulis penyebab kebakaran rumah tetangga saya ada tiga, yaitu korek api, oksigen dan minyak tanah. Penyebabnya hanya satu, karena gesekan belerang dengan permukaan kasar pada korek api, sehingga menimbulkan percikan api yang kemudian memicu pembakaran berkelanjutan oleh minyak dan oksigen. Kemungkinan lain tentu saja misalnya percikan api yang disebabkan korsleting, lalu membakar kayu kering yang mudah terbakar. Oksigen, gak usah disebut lagi lah, karena kita gak cerita tentang kejadian di bulan yang gak ada oksigen.
Apakah redaktur sengaja nulis TIGA biar lebih heboh? Mungkin gak lucu kalau ditulis judulnya: SATU Pemicu Ledakan Garuda.
Mungkin redaksi koran kali lain perlu lebih teliti dalam berpikir dan berlogika,
asal mau pusing dikit...
Pertama..
Ini hanya sekedar bincang-bincang, yang mudah-mudahan bisa santai tapi serius, (atau serius tapi santai ya???)
Sekaligus, gudang ide, dari pada kelupaan kalau gak ditulis.
Sekaligus, gudang ide, dari pada kelupaan kalau gak ditulis.
Subscribe to:
Posts (Atom)