Mencari emas di antara timbal
Kalau dulu kita slogannya adalah memilih kucing dalam karung, karena kita tidak tahu caleg mana yang akan mewakili kita di parlemen karena semua ditentukan oleh partai, maka sekarang adalah mencari emas di antara timbal, karena saking banyaknya pilihan. Sebagai gambaran saja, ada paling tidak 11ribu kandidat DPR RI yang bersaing untuk 688 kursi. Ini sama dengan kurang lebih 1:15.
Ambil contoh saya yang tinggal di daerah Jakarta Timur (DKI 1), saya, untuk calon DPR RI, harus memilih satu di antara 44 partai, atau satu di antara 170 calon! Walah! Apa ini bukan memilih emas di antara timbal. Atau malah memilih timbal yang sedikit berkilau dibandingkan dengan timbal butek lainnya! Ini belum termasuk DPRD DKI dan DPD dari Jakarta. Bayangkan lagi kalau anda tinggal di daerah yang harus memilih DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten. Apakah kita bisa diharapkan dengan sadar memilih wakil kita?
Bagaimana kondisinya kalau kita di negara mbahnya demokrasi, katakanlah Paman Sam. Untuk memilih calon Senat atau Kongres, tiap partai mengirimkan paling banyak 2 calon. Kemudian kemungkinan ada calon dari partai2 kecil seperti Partai Libertarian atau Partai Hijau. Total general kurang dari 10 calon yang muncul di dalam pemilihan. Kalau begini masih ada kemungkinan kita mempertimbangkan mana yang kita pilih tentu saja.
Kondisi real-nya mungkin tidak seburuk yang saya gambarkan di atas. Contoh di daerah asal saya Propinsi Bangka Belitung, praktis yang bertarung adalah dua atau tiga calon saja. Yang lain hanya jadi penggembira. Dua tiga calon yang bertarung umumnya adalah tokoh masyarakat yang sudah dikenal baik track record-nya oleh masyarakat, contohnya caleg DPR RI dari Golkar, mantan Bupati Belitung Timur, Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Masyarakat di sana kalau ditanya mau milih siapa, banyak yang dengan yakin menjawab milih Ahok. (Sekedar tambahan informasi, Ahok adalah seorang Cina, non-Muslim (Kristen Protestan. Bayangkan ia bisa begitu populer di kalangan masyarakat yang mayoritas Melayu dan Muslim. Mungkin ini bisa disetarakan dengan Obama. Mungkin masyarakat Belitung sudah lebih dewasa dalam berdemokrasi ketimbang belahan Indonesia lain).
Tapi kalau di daerah Anda kebetulan tidak ada tokoh yang menonjol, ya pilihnya cap cip cup saja. Mungkin anda milih mantan pejabat atau malah artis. Bayangkan rakyat kita yang akses informasinya masih kurang, siapa yang akan mereka pilih. Saya saja yang punya akses internet broadband kesulitan milih caleg.
Sunday, March 22, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
Tahun ini milih on? Aku kayaknya masih tetap ikut bengkauw seperti 5, 10 dan 15 tahun yg lalu. Entah kenapa, semakin lama koq aku makin apatis aja. Jadinya tetap aja golongan hitam.
an, ada tiga alasan kenapa aku gak milih:
1. gak terdaftar di wilayahku. aku masih terdaftar di belitung. bisa sih , tapi mesti ngurus formulir AB. tapi kayaknya keinginanku untuk memilih gak sebesar itu sampai mau ngurus, apalagi pulang ke belitung sekedar untuk nyoblos, eh salah, contreng
2. tak satu pun caleg yang kutaksir. meskipun ada beberapa nama yang kelihatannya lumayan. kalau pun aku mau milih aku akan memilih caleg yang kukenal dekat. sayangnya beberapa temanku yang menurutku bisa kupegang komitmennya, atau paling tidak bisa kumaki2 kalau gak benar, nyalonnya di Brebes, Boyololi, Depok. Ya gak bisa milih lah.
3. aku masih pada posisi memilih itu hak. dan untuk bisa berpolitik, pemilu bukan satu2nya jalan. aku bisa tempuh jalur lain seperti ngeblog. makanya ke depan, blogku yang satu ini akan semakin politis.
hehe gue sampe skrg jg msh belon cek DPT tuh On. Lima taon yg lalu sempet nyoblos tp bukan di tempat gue tinggal skrg. Males mau ngurus2x dan nanya2x lagi. Lagian jg ga yakin mau nyontreng siapa :mrgreen:
kapan ya asmiranda jadi caleg :mrgreen:
Post a Comment