Tuesday, September 16, 2008

Iklan Layanan Masyarakat Penerbit Erlangga

Sudah pernahkah anda mendengar iklan layanan masyarakat oleh penerbit Erlangga versi radio yang anti bajakan?

Kalau belum versi singkatnya seperti ini:
A: Mau kemana?
B: Motokopi buku.
A: Kok fotokopi. Beli yang asli dong!
B: Beli yang asli kan mahal, lebih murah fotokopi.
A: Kamu ini gimana sih. Beli pulsa sebulan 300rb bisa, masak beli buku gak bisa.
B: Kalau bisa lebih murah kenapa harus yang lebih mahal!
A: Kamu kan mahasiswa. Kalau siap jadi mahasiswa harus siap uang buat beli buku dong. Masak pake bajakan. Orang2 sukses pasti banyak baca buku.
B: Iya deh, aku akan beli buku
Pesan Sponsor: Jangan beli bajakan, belilah buku asli.

Ada beberapa hal yang mau saya sikapi.

1. Mahasiswa mana yang sanggup beli pulsa 300rb sebulan? Kaya betul tuh mahasiswa, sementara saya yang kerja saja setengah mati menekan pengeluaran pulsa saya supaya gak lebih dari 100rb sebulan dengan selalu nyari tarif murah. Memang sih keterlaluan kalau sanggup beli pulsa 300rb sebulan dan gak mau beli buku asli yang harganya sekitar 150-300rb rupiah. Tapi sekali lagi, berapa mahasiswa yang ngabisin 300rb sebulan buat pulsa! Mayoritas mahasiswa tidak akan mampu, dan konsekuensinya mereka juga gak punya cukup uang buat beli buku asli!
Buku asli di Indonesia masih terlalu mahal. Kalu mencontoh di India, teks book kuliah harganya bisa hanya sekitar 30rb-60rb karena pemerintah mensubsidi harga kertas dan tidak mengenakan pajak untuk buku. Mereka pun mencetak dengan kertas murah gak dengan kertas luks seperti disini. Kita di Indonesia cendurung jadi orang miskin yang sok kaya!

2. Beli buku asli? Memang semua mata kuliah mudah mencari buku aslinya. Ya, untuk mata kuliah tertentu seperti Manajemen dan Akuntansi sih relatif mudah. Tapi untuk kuliah lain, saya gak yakin. Ambil contoh mata kuliah yang saya ambil yaitu ANTROPOLOGI AGAMA yang memakai referensi tidak kurang dari 10 buku. Yang ada terjemahannya setahu saya hanya 3: Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme-nya Max Weber, Sosiologi Agama-nya Weber dan Bentuk Dasar Kehidupan Beragama-nya Emile Durkheim. Itupun tidak mudah ditemukan di toko buku karena tidak mau distok, karena tidak banyak yang beli. Butuh jaringan luas untuk mencari buku2 seperti itu. Belum lagi buku yang memang tidak ada. Mau pesen lewat amazon? Kalau udah kelewat kaya sih silakan saja. Untung koleksinya ada di perpustakaan semua. Supaya kuliah bisa berjalan dengan lancar ya fotokopi saja!

3. Pembajak dengan motif mencari keuntungan di atas jerih payah orang lain memang bukan sesuatu yang baik. Namun pembajakan juga berada di area abu2 seperti terlihat di poin 2. Dalam kondisi yang tidak memungkinkan, fotokopi buku (atau copy software secara ilegal) bisa jadi adalah satu2nya cara untuk tetap bisa belajar. Untuk software mungkin nasibnya lebih baik karena sudah banyak open source, tapi buku belum banyak yang tidak pakai copyright!

4. Ini iklan layanan masyarakat? Gak deh kayaknya. Jelas ini iklan yang mengarahkan pada belilah BUKU ERLANGGA, yang banyak menerbitkan teksbook. Iklan anti pembajakan hanyalah kedok mereka untuk jualan merk mereka, supaya orang kenal dengan merk ERLANGGA. Saya gak tau apa dengan merk iklan layanan masyarakat mereka bayarnya jadi lebih murah. Kalau itu sih enak di mereka, tetapi bisa jualan dengan berkedok iklan layanan masyarakat.

Waspadalah! Waspadalah!

3 comments:

AndoRyu said...

hehehe... kalo pendapatku sih selama copy atau ngembajak apapun (buku, lagu mp3, film) tanpa menyebar luaskan (alias hanya dipakai sendiri) termasuk ngembajak tanpa merugikan.

Anonymous said...

mungkin sebelum percakapan itu harus ada penggambaran situasi kampus Trisakti On. Jadi yg ngedenger jadi maklum,"oooohhh, anak trisakti, ya pantes pulsanya sampe 300 rebong per bulan" hehehe

gue msh berpendapat utk negara miskin kyk kita ga bisa kita bener2x nurut sama yg namanya kopirait atau sejenisnya. Bener2x ancur kita kalo ngekor semua ituh

Oni Suryaman said...

@yusahrizal
@tigis
setuju!
la wong hollywood aja berkembang dengan menghindari paten kok. makanya mereka buka markas di pantai barat untuk menghindari jangkauan hukum yang waktu itu lebih ketat di pantai timur.