Kemarin Jakarta kembali ditemani macet setelah kurang lebih sebulan macet agak mereda. Apa penyebabnya. Kalau kita ngobrol dengan para sopir atau mereka yang biasa menyetir, jawabannya jelas. Hari itu adalah hari pertama anak masuk sekolah.
Hal ini menarik untuk dilihat, betapa besar kontribusi anak sekolah terhadap masalah kemacetan di Jakarta. Hal yang pertama bisa dilihat adalah jam masuk pagi anak sekolah yang sama, berbeda dengan jam kerja yang lebih variatif. Jam yang sama ini tentu saja menimbulkan pemadatan pada jam tertentu. Seperti halnya pada kasus PLN yang kekurangan listrik, dan keputusan SKB 5 menteri yang memindahkan hari kerja ke sabtu minggu untuk pemerataan beban listrik, mungkin pemerataan jam sekolah adalah juga salah satu cara. Mungkin membagi sekolah menjadi 2, yaitu yang masuk pagi dan siang.
Hal yang kedua adalah jarak tempuh dari rumah ke sekolah. Masalah kemacetan tentu saja tidak harus terjadi kalau anak bersekolah tidak jauh dari rumah. Apakah sistem rayon seperti yang dulu dilakukan, yaitu anak harus memilih sekolah yang terletak di wilayah tempat tinggalnya perlu dicermati lagi sebagai salah satu solusi kemacetan? Masalahnya adalah tentu saja orang tua murid yang cendurung mau anaknya masuk sekolah favorit, walaupun tempat tinggalnya jauh. Masalah ini tentunya rumit, dan tentunya mendapat banyak tentangan jika dijalankan kembali. Pemerataan kualitas sekolah tentunya menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar jika kita ingin kembali ke sistem rayon.
Menurut angka tidak resmi, angka kontribusi kemacetan dari anak sekolah adalah 30%. Cukup besar, dan jika bisa diatasi dapat membuat Jakarta lebih layak dihuni.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment