Pertanyaan mengenai siapa presiden kita berikutnya kelihatannya sudah gak laku. Hampir pasti SBY akan menjadi presiden berikutnya (kecuali Tuhan berkehendak lain). Yang menjadi panas adalah siapakah pendampingnya.
Kemungkinan pertama: JUSUF KALA
Life as usual. Tidak ada perubahan berarti. Status quo. Tapi bukankah ini yang paling disukai para pengusaha? Pecahnya koalisi antara Golkar dan Demokrat akan menimbulkan perubahan yang tidak bisa ditebak. Dan pengusaha tidak suka akan hal yang tidak bisa ditebak.
Kemungkinan kedua: CALON DARI PKS
Mengingat PKS adalah sekutu Demokrat yang paling setia, paling tidak sampai saat ini. Kalangan Islam perkotaan akan mendukung ini. Tapi ini akan mendapatkan perlawanan dari golongan Islam yang lain yang melihat PKS sebagai perpanjangan tangan Wahabbi. Apalagi kelompok minoritas dan pendukung pluralisme akan melobi habis2an supaya calon ini gagal. Bisa terjadi konflik. Ini adalah pasangan yang menurut saya paling kontroversial.
Kemungkinan ketiga, CALON PROFESIONAL
Calon ini akan mendapat dukungan dari kaum moderat. Ini sekaligus pilihan yang paling aman bagi partai Demokrat karena tidak memihak. Ada juga kelemahannya. Demokrat tidak punya pendukung partai yang kuat dari pihak cawapres. Calon yang sering terdengar digadang2 adalah Sri Mulyani, Menteri Keuangan sekarang.
Kemungkinan keempat, HAMENGKUBUWONO X
Calon ini akan didukung para pengusung pluralisme mengingat sepak terjang Sri Sultan, dan lebih terutama lagi istrinya, Kanjeng Ratu Hemas. Tapi beliau kurang mendapat dukungan secara politis sehingga sulit untuk maju ke ajang pemilihan cawapres. Ia juga bisa menjadi calon alternatif bagi Golkar jika ingin mempertahankan koalisi dengan Demokrat.
Monday, April 27, 2009
Wednesday, April 15, 2009
Mafia Kesehatan
Mafia pengadilan di pengadilan dan mahkamah agung sudah kita kenal dan sering mendapat sorotan. Tapi ada satu mafia lagi yang tak kalah ganas, malah lebih serius karena urusannya adalah nyawa. Siapakah mereka? Mereka adalah mafia kesehatan, dari profesi yang berkaitan dengan kesehatan, mulai dari dokter, perawat, pemilik dan manajemen rumah sakit, pejabat pemerintah terkait, perusahaan farmasi, sales obat, apotik, IDI, asuransi kesehatan dan mungkin masih banyak lagi.
1. Dokter
Dokter adalah profesi kesehatan yang paling penting. Ia punya otoritas penuh dalam menentukan "nyawa" pasiennya. Bagaimana kinerja dokter di negara kita. Susah bukan rahasia kalau dokter di Indonesia lebih mata duitan ketimbang mengabdi. Mungkin mereka harus balikin modal karena mahalnya biaya yang mereka keluarkan untuk kuliah, apalagi spesialis. Mereka juga kerja di banyak tempat, kayak sopir angkot yang ngejar setoran. Entah seberapa perhatian yang bisa mereka curahkan untuk pasien mengingat seorang dokter menangani sangat banyak pasien dalam sehari. Di satu pihak rasio dokter dengan jumlah penduduk memang masih jelek, dan ini diperburuk dengan numpuknya dokter di kota2 besar. Kasus malpraktek juga masih banyak terjadi.
2. Rumah Sakit.
Rumah Sakit di Indonesia lebih dilihat sebagai pengeruk keuntungan dibandingkan sebagai pemberi layanan kesehatan bagi masyarakat. Belum2 mereka sudah minta uang muka kalau kita mau diopname. Posisi rumah sakit dengan dokter juga problematik, karena ada kala dokter menekan rumah sakit, dan rumah sakit menekan dokter, dan yang menjadi korban selalu pasien. Pembiayaan rumah sakit belum transparan, disatu pihak mereka mengeluh kesulitan keuangan sehingga membebankan pasien, namun di pihak lain, rumah sakit begitu menjamur sehingga memberikan pandangan bahwa bisnis rumah sakit adalah bisnis yang menguntungkan.
3. Pemerintah.
Asuransi kesehatan universal bagi seluruh masyarakan belum terbentuk, kecuali di beberapa daerah seperti Sumsel. Ini masih menjadi PR besar. Belum lagi berapa anggaran APBN untuk kesehatan, dan peraturan perundangan tentang kesehatan yang melindungi masyarakat.
4. Asuransi Kesehatan.
Asuransi kesehatan juga tidak jelas. Dananya tidak transparan, reimbursenya juga sering gak jelas. Sering ada kasus yang tidak bisa diklaim, sementara perusahaan asuransi plus agen2nya menjadi kaya raya.
5. Farmasi.
Ini juga sarang setan. Harga obat di negara ini setinggi langit. Banyak obat2 yang sebenarnya generik bebas paten yang harusnya murah diberi brand sehingga bisa dijual dengan harga 10x lipat, dan ini diijinkan undang2. Komisi2an antara perusahaan farmasi dan dokter juga sudah menjadi rahasia umum. Dokter jadi memberi obat berdasarkan pertimbangan komisi, bukan pertimbangan terapi, supaya dapat komisi.
6. Sales obat.
Ini juga sama, kepanjangan tangan dari perusahaan farmasi. Bagi mereka yang penting obat laku dan dapat komisi.
7. IDI
IDI (Ikatan Dokter Indonesia) lebih sering terdengar melindungi dokter yang melakukan malpraktek, sehingga tidak memberi efek jera. Ini seperti pepatah saja, "If you scratch my back, I will scratch your back."
8. Pemalsu obat.
Ini lebih parah lagi. Mereka memalsukan obat dan menjualnya. Bayangkan saja anda kalau beli obat jantung yang palsu. Masih mending kalau mereka memalsu obat dengan menggunakan placebo alias cuma tepung, kadang mereka memalsu obat dengan memakai obat kadaluarsa sehingga membahayakan nyawa secara langsung.
1. Dokter
Dokter adalah profesi kesehatan yang paling penting. Ia punya otoritas penuh dalam menentukan "nyawa" pasiennya. Bagaimana kinerja dokter di negara kita. Susah bukan rahasia kalau dokter di Indonesia lebih mata duitan ketimbang mengabdi. Mungkin mereka harus balikin modal karena mahalnya biaya yang mereka keluarkan untuk kuliah, apalagi spesialis. Mereka juga kerja di banyak tempat, kayak sopir angkot yang ngejar setoran. Entah seberapa perhatian yang bisa mereka curahkan untuk pasien mengingat seorang dokter menangani sangat banyak pasien dalam sehari. Di satu pihak rasio dokter dengan jumlah penduduk memang masih jelek, dan ini diperburuk dengan numpuknya dokter di kota2 besar. Kasus malpraktek juga masih banyak terjadi.
2. Rumah Sakit.
Rumah Sakit di Indonesia lebih dilihat sebagai pengeruk keuntungan dibandingkan sebagai pemberi layanan kesehatan bagi masyarakat. Belum2 mereka sudah minta uang muka kalau kita mau diopname. Posisi rumah sakit dengan dokter juga problematik, karena ada kala dokter menekan rumah sakit, dan rumah sakit menekan dokter, dan yang menjadi korban selalu pasien. Pembiayaan rumah sakit belum transparan, disatu pihak mereka mengeluh kesulitan keuangan sehingga membebankan pasien, namun di pihak lain, rumah sakit begitu menjamur sehingga memberikan pandangan bahwa bisnis rumah sakit adalah bisnis yang menguntungkan.
3. Pemerintah.
Asuransi kesehatan universal bagi seluruh masyarakan belum terbentuk, kecuali di beberapa daerah seperti Sumsel. Ini masih menjadi PR besar. Belum lagi berapa anggaran APBN untuk kesehatan, dan peraturan perundangan tentang kesehatan yang melindungi masyarakat.
4. Asuransi Kesehatan.
Asuransi kesehatan juga tidak jelas. Dananya tidak transparan, reimbursenya juga sering gak jelas. Sering ada kasus yang tidak bisa diklaim, sementara perusahaan asuransi plus agen2nya menjadi kaya raya.
5. Farmasi.
Ini juga sarang setan. Harga obat di negara ini setinggi langit. Banyak obat2 yang sebenarnya generik bebas paten yang harusnya murah diberi brand sehingga bisa dijual dengan harga 10x lipat, dan ini diijinkan undang2. Komisi2an antara perusahaan farmasi dan dokter juga sudah menjadi rahasia umum. Dokter jadi memberi obat berdasarkan pertimbangan komisi, bukan pertimbangan terapi, supaya dapat komisi.
6. Sales obat.
Ini juga sama, kepanjangan tangan dari perusahaan farmasi. Bagi mereka yang penting obat laku dan dapat komisi.
7. IDI
IDI (Ikatan Dokter Indonesia) lebih sering terdengar melindungi dokter yang melakukan malpraktek, sehingga tidak memberi efek jera. Ini seperti pepatah saja, "If you scratch my back, I will scratch your back."
8. Pemalsu obat.
Ini lebih parah lagi. Mereka memalsukan obat dan menjualnya. Bayangkan saja anda kalau beli obat jantung yang palsu. Masih mending kalau mereka memalsu obat dengan menggunakan placebo alias cuma tepung, kadang mereka memalsu obat dengan memakai obat kadaluarsa sehingga membahayakan nyawa secara langsung.
Labels:
asuransi kesehatan,
dokter,
farmasi,
kesehatan
Monday, April 13, 2009
Melihat Hasil Pemilu
Pemilu Legislatif telah berlalu. Demokrat meraih kemenangan besar, mengalahkan dua partai besar PDIP dan Golkar. PKS juga menuai hasil yang lumayan di peringkat 4, mengalahkan semua partai2 menengah seperti PAN, PKB, dan PPP. Ia menjadi partai Islam yang paling populer, mengatasi partai2 lama yang mendahuluinya dan mengklaim punya massa tradisional seperti Muhamadiyah dan NU. (Catatan: paling tidak dari hasil quick-count, dan kayaknya real-countnya tidak akan jauh berubah).
Demokrat kelihatannya akan menggantikan Golkar sebagai partai status quo. Terbukti para pemilih sebagian besar memilih calon yang sedang berkuasa yaitu SBY. Namun para pemilih tidak sadar kalau SBY tidaklah menjadi anggota parlemen. Yang menjadi anggota parlemen adalah caleg dari Partai Demokrat. Dengan hanya memilih partai (karena SBY) tanpa memilih calon, adalah sama saja dengan memilih kucing dalam karung, alias sami mawon dengan pemilu sebelumnya. Dan yang lebih parah lagi, SBY terlalu dominan di Partai Demokrat, sehingga hampir bisa dipastikan para caleg dari demokrat akan manut ke dia. Eksekutif akan menjadi terlalu kuat.
Yang menarik adalah bagaimana pemilih demokrat di pemilu lima tahun mendatang, karena SBY tidak boleh lagi ikut mencalonkan diri sebagai presiden. Apakah ini lonceng kematian Partai Demokrat karena terlalu bergantung pada satu figur? Dan rasanya Partai Demokrat belum bisa menelorkan anggota yang berkualitas dan terdengar. Coba, anda tau nggak siapa ketua Partainya dan gembong-gembongnya? Hampir pasti anda tidak tahu...
Pemilih Golkar juga nampaknya banyak yang beralih ke demokrat. Mereka ini adalah sebagian besar dari rakyat kita yang sebenarnya tidak terlalu mau pusing dengan urusan politik dan tidak suka gonjang-ganjing. Ya sudah, pilih saja yang berkuasa. Ini terus terang bukanlah sebuah budaya politik yang sehat, karena meskipun penguasa gagal menjalankan pemerintah, kemungkinan ia terpilih tetap besar. Rakyat lebih suka status quo. Untung saja di konstitusi sudah dibatasi dua kali, kalau tidak SBY bisa jadi kayak Pak Harto (dengan sistem demokrasi langsung) yang berkuasa terus. Payah...
Demokrat kelihatannya akan menggantikan Golkar sebagai partai status quo. Terbukti para pemilih sebagian besar memilih calon yang sedang berkuasa yaitu SBY. Namun para pemilih tidak sadar kalau SBY tidaklah menjadi anggota parlemen. Yang menjadi anggota parlemen adalah caleg dari Partai Demokrat. Dengan hanya memilih partai (karena SBY) tanpa memilih calon, adalah sama saja dengan memilih kucing dalam karung, alias sami mawon dengan pemilu sebelumnya. Dan yang lebih parah lagi, SBY terlalu dominan di Partai Demokrat, sehingga hampir bisa dipastikan para caleg dari demokrat akan manut ke dia. Eksekutif akan menjadi terlalu kuat.
Yang menarik adalah bagaimana pemilih demokrat di pemilu lima tahun mendatang, karena SBY tidak boleh lagi ikut mencalonkan diri sebagai presiden. Apakah ini lonceng kematian Partai Demokrat karena terlalu bergantung pada satu figur? Dan rasanya Partai Demokrat belum bisa menelorkan anggota yang berkualitas dan terdengar. Coba, anda tau nggak siapa ketua Partainya dan gembong-gembongnya? Hampir pasti anda tidak tahu...
Pemilih Golkar juga nampaknya banyak yang beralih ke demokrat. Mereka ini adalah sebagian besar dari rakyat kita yang sebenarnya tidak terlalu mau pusing dengan urusan politik dan tidak suka gonjang-ganjing. Ya sudah, pilih saja yang berkuasa. Ini terus terang bukanlah sebuah budaya politik yang sehat, karena meskipun penguasa gagal menjalankan pemerintah, kemungkinan ia terpilih tetap besar. Rakyat lebih suka status quo. Untung saja di konstitusi sudah dibatasi dua kali, kalau tidak SBY bisa jadi kayak Pak Harto (dengan sistem demokrasi langsung) yang berkuasa terus. Payah...
Monday, April 6, 2009
Pilih Siapa?
Walaupun secara teknis gue golput, aku mau sedikit memberikan pilihan kepada mereka yang mau milih, khususnya untuk DAPIL DKI 1 (Jaktim), DKI 2 (Jakpus, Jaksel, Luar Negeri), DKI 3 (Jakut, Jakbar, Kep Seribu), JABAR 6 (Kota Depok dan Bekasi).
1. DKI 1, Jakarta Timur (enam kursi)
- Partai no.7 PKPI, no. 2, Sumarni Dawam Raharjo, istri cendikiawan muslim Dawam Raharjo, aktif mengurus hak2 anak, dan menangani human traffiking, mau menghapuskan SKBRI untuk anak.
- Partai no.9 PAN, no.4 Djainal Abidin Simanjuntak, peneliti di Lembaga Demografi UI, mengusulkan penghapusan kolom agama di KTP.
- Partai no.16 PDP, no.2 Christianus Siner Keytimu, tokoh Petisi 50. Udah tua, tapi masih semangat, menolak peraturan berbau agama.
2. DKI 2, Jakpus, Selatan, Luar Negeri (tujuh kursi)
- Partai no.8 PKS, no 1, Mohamad Sohibul Iman, peneliti lulusan JAIST.
- Partai no.8 PKS, no 2, Nursanita Nasution, Dosen UI, aktif memperjuangkan UKM
- Partai no. 26 PNBKI, no. 1, Kantjana Indrishwari, tokoh Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB)
- Partai no.34 PKNU, no 1, Alwi Shihab, cukup jelas.
3. DKI 3, Jakbar, Jakut, Kep Seribu
- Partai no.8 PKS, no 1, Adang Daradjatun, cukup jelas.
- Partai no.13 PKB, no 1, Faizol Riza, mantan ketua PRD, pernah diculik, ketua Forum Buruh PKB
4. JABAR 3, Bekasi, Depok
- Partai no.9 PAN, no.1 Didik Rachbini, dosen UI, pendiri Indef, ekonom senior dan kritis.
- Partai n0.24 PPP, no. 5 Syahrizal Syarif, dosen FKM UI, ketua Lembaga Pelayanan Kesehatan NU, menggagas 15% APBN untuk kesehatan.
Selamat memilih bagi yang mau...
1. DKI 1, Jakarta Timur (enam kursi)
- Partai no.7 PKPI, no. 2, Sumarni Dawam Raharjo, istri cendikiawan muslim Dawam Raharjo, aktif mengurus hak2 anak, dan menangani human traffiking, mau menghapuskan SKBRI untuk anak.
- Partai no.9 PAN, no.4 Djainal Abidin Simanjuntak, peneliti di Lembaga Demografi UI, mengusulkan penghapusan kolom agama di KTP.
- Partai no.16 PDP, no.2 Christianus Siner Keytimu, tokoh Petisi 50. Udah tua, tapi masih semangat, menolak peraturan berbau agama.
2. DKI 2, Jakpus, Selatan, Luar Negeri (tujuh kursi)
- Partai no.8 PKS, no 1, Mohamad Sohibul Iman, peneliti lulusan JAIST.
- Partai no.8 PKS, no 2, Nursanita Nasution, Dosen UI, aktif memperjuangkan UKM
- Partai no. 26 PNBKI, no. 1, Kantjana Indrishwari, tokoh Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB)
- Partai no.34 PKNU, no 1, Alwi Shihab, cukup jelas.
3. DKI 3, Jakbar, Jakut, Kep Seribu
- Partai no.8 PKS, no 1, Adang Daradjatun, cukup jelas.
- Partai no.13 PKB, no 1, Faizol Riza, mantan ketua PRD, pernah diculik, ketua Forum Buruh PKB
4. JABAR 3, Bekasi, Depok
- Partai no.9 PAN, no.1 Didik Rachbini, dosen UI, pendiri Indef, ekonom senior dan kritis.
- Partai n0.24 PPP, no. 5 Syahrizal Syarif, dosen FKM UI, ketua Lembaga Pelayanan Kesehatan NU, menggagas 15% APBN untuk kesehatan.
Selamat memilih bagi yang mau...
Wednesday, April 1, 2009
Piawsu di Indonesia
Piawsu adalah sebuah istilah yang pasti dikenal para pecinta cerita silat (lebih pasnya kungfu sih) yang bersetting di Cina. Piawsu adalah semacam kelompok keamanan pengawal para pedagang supaya mereka bebas dari perampok yang berkeliaran di dunia kang ow. Piawsu biasanya diisi oleh para pendekar atau sekedar jagoan kampung untuk mencari nafkah. Bila yang merampok adalah para cere, cukup para tukang pukul saja yang menghadapi. Tapi kalau barang yang dikawal adalah barang mahal, atau pelanggan VIP, maka yang turun tangan mengawal bisa jadi sang kepala piawsu sendiri, yang biasanya adalah seorang pendekar yang mumpuni, paling kalahnya sama pendekar yang paling ulung di daerah tersebut.
Apakah piawsu ada di Indonesia? Di luar dugaan saya ternyata ada. Jasa keamanan memang sudah kita kenal sejak lama, tapi yang benar2 seperti piawsu, yang memang menjaga keamanan barang dagangan terutama dari jarahan bajing luncat ternyata memang ada. Saya baru tahu sewaktu mendengarkan acara di iRadio (89.6FM, Jakarta), yang mewawancarai seorang sopir truk yang perusahaannya memanfaatkan jasa "piawsu".
Latar belakang dari usaha keamanan seperti ini mungkin memang tidak jauh dari cerita silat. Para pengusaha angkutan barang sering mengalami pungli baik dari bandit atau pejabat nakal. Kadang kala malah dirampok di tengah jalan. Ternyata ada juga yang melihat peluang bisnis dari kondisi ini. Maka berdirilah organisasi piawsu, sebuah organisasi ekstra yudisial (maksudnya di luar hukum), untuk menutup kekosongan ini. Menurut pernyataan orang yang memanfaatkan jasa ini, bila mereka dirampok, barang rampokannya bisa kembali jika memanfaatkan jasa ini. Lebih seringnya sih para penjahat dan juga "pejabat" sudah jeri duluan bila tahu bahwa suatu truk dilindungi oleh para piawsu lokal ini.
Bagaimana cara bergabung? Cukup dengan menghubungi contact person yang umumnya sudah dikenal oleh para kalangan angkutan. Dengan membayar uang jasa yang berkisar 300-600ribu setahun, mereka berhak menempelkan logo organisasi tersebut pada truk mereka. Dijamin bebas gangguan. Kalau pun diganggu tinggal lapor dan katanya sih pelayannya memang memuaskan!
Seperti halnya piawsu, organisasi ini juga punya daerah kekuasaan. Salah satu yang paling ngetop adalah GAJAH OLING (cek aja di truk2). Grup ini membawahi seluruh Jawa. Yang di Sumatra ada PETIR. A05 ada di Jawa Barat, dan masih banyak lagi. Dari semuanya, katanya sih yang paling ditakuti adalah GAJAH OLING.
Luar biasa bukan? Nampaknya ketidakberdayaan hukum di Indonesia membuat organisasi ektra yudisial berkembang subur. Tapi kehadiran mereka nampaknya juga membuat gerah aparat. Dengar2 beberapa markas GAJAH OLING juga digerebek polisi. Baca ini. Benar2 kayak cerita kungfu aja. Pejabat kerajaan berkuncir biasanya pangkatnya kapten) menggerebek piawsu yang dianggap mengganggu wibawa pejabat.
Apakah piawsu ada di Indonesia? Di luar dugaan saya ternyata ada. Jasa keamanan memang sudah kita kenal sejak lama, tapi yang benar2 seperti piawsu, yang memang menjaga keamanan barang dagangan terutama dari jarahan bajing luncat ternyata memang ada. Saya baru tahu sewaktu mendengarkan acara di iRadio (89.6FM, Jakarta), yang mewawancarai seorang sopir truk yang perusahaannya memanfaatkan jasa "piawsu".
Latar belakang dari usaha keamanan seperti ini mungkin memang tidak jauh dari cerita silat. Para pengusaha angkutan barang sering mengalami pungli baik dari bandit atau pejabat nakal. Kadang kala malah dirampok di tengah jalan. Ternyata ada juga yang melihat peluang bisnis dari kondisi ini. Maka berdirilah organisasi piawsu, sebuah organisasi ekstra yudisial (maksudnya di luar hukum), untuk menutup kekosongan ini. Menurut pernyataan orang yang memanfaatkan jasa ini, bila mereka dirampok, barang rampokannya bisa kembali jika memanfaatkan jasa ini. Lebih seringnya sih para penjahat dan juga "pejabat" sudah jeri duluan bila tahu bahwa suatu truk dilindungi oleh para piawsu lokal ini.
Bagaimana cara bergabung? Cukup dengan menghubungi contact person yang umumnya sudah dikenal oleh para kalangan angkutan. Dengan membayar uang jasa yang berkisar 300-600ribu setahun, mereka berhak menempelkan logo organisasi tersebut pada truk mereka. Dijamin bebas gangguan. Kalau pun diganggu tinggal lapor dan katanya sih pelayannya memang memuaskan!
Seperti halnya piawsu, organisasi ini juga punya daerah kekuasaan. Salah satu yang paling ngetop adalah GAJAH OLING (cek aja di truk2). Grup ini membawahi seluruh Jawa. Yang di Sumatra ada PETIR. A05 ada di Jawa Barat, dan masih banyak lagi. Dari semuanya, katanya sih yang paling ditakuti adalah GAJAH OLING.
Luar biasa bukan? Nampaknya ketidakberdayaan hukum di Indonesia membuat organisasi ektra yudisial berkembang subur. Tapi kehadiran mereka nampaknya juga membuat gerah aparat. Dengar2 beberapa markas GAJAH OLING juga digerebek polisi. Baca ini. Benar2 kayak cerita kungfu aja. Pejabat kerajaan berkuncir biasanya pangkatnya kapten) menggerebek piawsu yang dianggap mengganggu wibawa pejabat.
Subscribe to:
Posts (Atom)