Sunday, October 26, 2008

Era Kebangkrutan Film Indonesia?

Barusan saya menulis tentang kebangkrutan musik Indonesia, KOMPAS sudah menyambungknya dengan Kebangkrutan Film Indonesia. Lihat di http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/10/26/01303027/mencari.kebangkitan.yang.sesungguhnya

Film Indonesia memang seakan bangkit kembali dari kuburnya sejak dimulai dengan film ADA APA DENGAN CINTA, yang kemudian diikuti oleh PETUALANGAN SHERINA, dan JELANGKUNG. Sejak itu kegairahan film Indonesia bangkit sedikit demi sedikit, dan puncaknya adalah saat ini, dimana seluruh layar bioskop diisi oleh film Indonesia.

Sebuah bioskop 21 di dekat rumah saya yang memiliki tiga layar, semuanya memutar film Indonesia. Masalahnya adalah sebagian besar film itu adalah film2 sampah yang tak layak tonton. Kita2 ini yang mau nonton film bagus terpaksa cengok saja tidak mendapat tontonan.

Saya sebagai seorang penikmat film terus terang sangat terganggu dengan kondisi seperti ini. Film2 bagus yang saya lihat di Yahoo Movies! dan kelihatannya menarik kecil kemungkinannya masuk ke Indonesia karena harus bersaing dengan film seperti JANDA KEMBANG. Untung masih ada Blitz Megaplex yang masih memasok film2 lain seperi MONGOL yang mendapat nominasi film asing terbaik dalam ajang OSCAR. Untung masih ada JIFFEST dan festival2 film yang lain. Dan untung masih ada DVD bajakan, sehingga kita masih bisa mengikuti film2 bermutu dari luar.

Hal ini sebenarnya juga bukan hanya monopoli perfilman di Indonesia. Dunia film di Korea Selatan juga mengalami hal yang sama. Di saat perfilman nasional mereka merosot, seluruh layar mereka diisi oleh film2 Hollywood. Di awal kebangkitan film mereka, memang diisi oleh film2 yang bermutu. Tapi begitu pasar mencium kebangkitan ini, film korea mulai dibanjiri oleh film2 sampah.

Kalau perkembangan seperti ini diteruskan, sekedar mengutip Eros Jarot yang dimuat di KOMPAS di dalam artikel di atas, ini adalah awal dari akhir perfilman Indonesia. Apa gunanya film Indonesia menjadi tuan rumah di rumah sendiri, kalau rumah kita malah kita penuhi dengan sampah.

Siapa yang bisa mengubah ini? Berharap pada produsen film sepertinya sulit. Mereka hanya mencium uang. Yang bisa hanyalah penonton yang mau menolak untuk melihat film2 sampah. Penonton berkuasa dengan dompetnya!

3 comments:

AndoRyu said...

Memang film indonesia skrg jd kayak murahan gitu. Lewat bantuan Youtube, aku bisa liat film2 indonesia yg lumayan baru, tapi secara kualitas parah. Okelah dgn tema film horor dan komedi jorok, tapi koq bikinnya asal jadi. Kayaknya para pembuat suka bikin film biaya murah, gampang dan cepat jadi, laku dan tentu saja lagi ngetrend.

Film korea jg sama, paling tahun 2008 ini aku liat cuma 2-3 film bagus dan 3 film lumayan. Sisanya kalau nggak jelak, tentu ngulangin tema lama yang udah basi. Penyakit sequel jg udah mulai berjangkit difilm korea.

Anonymous said...

hehe kalo ini disebut sbg awal kebangkitan, keliatannya gue malah berharap secepatnya trjadi kebangkrutan. Gimana ngga, uda bberapa minggu off day gue jd bingung mau nongton pilem apa'an gara2x XXI isinya pilem indonesia semuah :mrgreen:

Oni Suryaman said...

@tigis
sama brur. gak ada pelem yang bisa ditonton di bioskop. penuh sama pelem indo semua. parah. untung aja aku sibuk kuliah juga, jadi gak sempet nonton. dan untung di jakarta lagi ada festival film. jadi masih ada pilihan