Sunday, November 2, 2008

Siapa yang Menang, Obama atau McCain?

Pemilihan Presiden Amerika kali ini bisa dibilang memang yang paling menarik dan ditunggu di seluruh dunia. Untuk pertama kalinya, ada kemungkinan Amerika akan memiliki seorang presiden berkulit hitam. Bagi para pengusung kebebasan, ini tentunya menjadi kesempatan untuk memproklamirkan bahwa orang Amerika telah mampu keluar dari pra-anggapan rasial, sehingga seorang hitam pun bisa menjadi presiden.

Di dalam polling terakhir, kelihatan bahwa Obawa memimpin 6 poin di atas McCain, sebuah angka yang cukup signifikan, kalau merujuk ke perbedaan angka di dalam sejarah Amerika (Bush menang terhadap Kerry hanya dengan selisih 2 poin). Pertanyaan apakah polling ini akan terbukti bisa dijawab dalam beberapa hari lagi.

Meskipun sebagian orang nampaknya sudah yakin bahwa Obama akan menang (khususnya pendukungnya, tentu saja, dan ini bukan hanya di Amerika tapi juga di belahan dunia lain), ada beberapa hal yang perlu kita cermati.

1. Kasus Truman vs Dewey. Dimana semua polling memprediksi bahwa Dewey akan memenangkan pilihan, sehingga koran pun sudah mencetak dengan tulisan besar di headline merekaL: DEWEY. Kenyataannya adalah Truman yang menang, dan ini menjadi tertawaan besar untuk media tentu saja. Pada waktu itu polling (yang dilakukan oleh Gallup) belum secanggih sekarang. Lembaga polling berhenti melakukan polling tiga minggu sebelum pemilihan, dan di dalam minggu terakhir itulah ada migrasi suara dari pemilih calon independen kepada Truman, yang memberikannya kemenangan. Sekarang kesalahan itu telah diantisipasi dengan melakukan polling sampai menjelang pemilu, yang dikenal dengan nama exit polling. Ada juga yang mengatakan bahwa kesalahan polling terjadi karena polling dilakukan melalui telepon, sedangkan sebagian besar pemilih Truman tidak memiliki sambungan telepon.

2. Bradley effect. Bradley effect mengacu pada pemilihan gubernur California 1982, dimana Bradley, seorang calon berkulit hitam, unggul cukup banyak dari pesaingnya dari partai republik yang berkulit putih di dalam polling. Kenyataannya ia kalah. Sebabnya adalah, orang menjawab akan memilih Bradley di dalam polling karena takut disebut rasis tidak mau memilih kulit berwarna, dan dalam kenyataannya ia di bilik suara memberikan suara kepada kulit putih. Paling efek ini mempengaruhi sebanyak 6 poin, walaupun belum pernah ada kasus secara nasional untuk ini. Obama dikhawatirkan juga akan mengalami ini, sehingga kemenangannya di dalam polling masih terlalu dini untuk dirayakan.

3. Reverse-Bradley effect. Namun ada pula orang yang mengatakan bahwa di dalam pemilu kali ini yang akan terjadi justru sebaliknya. Banyak orang partai republik yang tidak berani terang2an berkata akan memilih Obama di dalam polling, meskipun sebenarnya mereka akan memilih Obama. Jadi Obama akan menang telak.

Apa yang akan terjadi, nampaknya memang sulit untuk diprediksi. Untuk negara sebesar dan sedemokrasi Amerika, isu seperti ras, agama dan gender masih memegang peranan. Terbukti Amerika belum pernah memiliki presiden kulit berwarna, presiden perempuan, dan presiden non-kristen (katolik pernah sekali yaitu JFK). Bandingkan dengan India sebagai negara Hindu terbesar yang pernah punya presiden beragama Islam. Dengan isu2 seperti ini, massa bisa digoyang dari satu kandidit kepada kandidat lain hanya karena hal2 tidak rasional, yang tidak berhubungan dengan janji2 kampanye.

AKhir kata, tunggu saja tanggal mainnya. Ada yang mau taruhan?

No comments: