Sunday, December 14, 2008
Angkutan Umum (3)
Warga Jakarta dalam beberapa tahun ini sudah cukup akrab dengan penghuni barunya, bis TransJakarta, yang lebih sering diacu orang dengan sebutan Busway (meskipun busway sebenarnya mengacu ke jalurnya, bukan bisnya, tapi ya sudahnya, sudah kadung). Di satu pihak ia memberikan angin segar dan harapan dalam semerawutnya jalanan di Jakarta. Di pihak lain... nah inilah ceritanya.
Yang pertama, antrian penumpang di beberapa haltenya kadang-kadang masih terlihat kurang manusiawi. Di satu pihak memang manusianya yang susah diatur untuk antri. Di pihak lain, kedatangan bisnya memang lama, bisa 15-20 menit. Jarak yang ideal adalah 5 menit di saat padat pagi dan sore hari, dan 15 menit di saat longgar. Entah apa kendala oleh operator sehingga sulit mengatur jarak ideal. Mungkin jumlah armada yang kurang, mungkin karena antrian di pengisian BBG sehingga harus menunggu lama.
Satu hal yang memang saya lihat ada di dekat tempat saya, adalah semrawutnya terminal Pulo Gadung, sehingga TransJakarta terkena imbasnya. Hal yang lain tentu saja adalah masuknya kendaraan pribadi dan sepeda motor ke dalam jalur busway (wah ini bahasa yang salah benernya, udah pakai jalur pake way lagi, double double, tapi ya sudahlah). Kemacetan pun berimbas pada bis TransJakarta juga.
Yang kedua adalah kelakuan sopir bis. Nampaknya para pengemudi TransJakarta, yang biasa disapa pramudi, belum bisa lepas dari kebiasaan lama sopir2 di Jakarta. Mereka masih sering melanggar batas kecepatan yang ditetapkan operator, yaitu 40-50 km/jam. Sering kali kecepatan mereka tembus bahkan 70 km/jam. Selain itu mereka sering melanggar batas garis di depan lampu lalu lintas, tak bedanya dengan para pengemudi sepeda motor dan angkutan umum. Ini tentu saja ada adalah sebuah potret buruk TransJakarta.
Ketiga, masalah fasilitas. Banyak tempat penyeberangan yang bolong2 sehingga sangat berbahaya bagi para calon penumpang. Kanopi penutup juga banyak yang rusak sehingga bisa kepanasan dan kehujanan. Entah bagaimana cara pengaturan anggaran pengelola TransJakarta.
Keempat, penjaga loket dan petugas tidak proaktif. Di saat ada masalah dengan jalur atau bis, mestinya mereka bisa mengkomunikasikannya dengan para calon penumpang sehingga mereka bisa pindah ke moda transportasi lain, tidak menunggu dengan harapan tidak jelas. Yang seperti ini mestinya tidak perlu menunggu perintah. Bukankah beberapa petugas memang memegang walkie-talkie sehingga dapat memantau?
Pelayanan TransJakarta memang masih jauh dari sempurna. Tapi saya selaku pemakai terus terang cukup merasa diuntungkan, mengingat biayanya yang cuma 3500 dan juga relatif bebas dari kemacetan. Hanya saja masih banyak ruang yang bisa diperbaiki, jika ingin menjadi TransJakarta menjadi sebuah moda transportasi yang bisa dibanggakan warga Jakarta.
Thursday, December 11, 2008
Angkutan Umum (2)
Saya selalu bermasalah dengan masalah kecepatan kendaraan di Jakarta selalu ngebut, baik pengendara sepeda motor maupun mobil, apalagi Metro Mini yang emang biang ngebut. Setiap kali angkutan umum ngebut, jantung penonton dibuat empot-empotan. Kenapa mereka ngebut?
Alasan utama angkutan umum ngebut adalah ngejar setoran alias rebutan sewa (penumpang, dalam kosa kata kenek). Jika ada dua angkutan papasan, mereka pasti akan saling mendahului, sehingga terjadilah adegan seperti yang sering terlihat di film polisi. Padahal uang yang diperebutkan tidak seberapa, hanya satu dua penumpang yang paling senilai 5rb sampai 10rb. Tapi nyawa yang dipertaruhkan banyak. Baru saja dua angkutan umum Miniarta jurusan Depok-Bogor jatuh ke sungai yang memang terletak di samping jalan raya Bogor karena kejar2an. lihat di sini.
Masalahnya adalah para sopir yang ngebut tersebut hampir selalu lolos dari hukum, seolah ada imunitas. Mereka baru kena ganjaran hukuman kalau jatuh korban. Tentu saja, korban nyawa setelah kecelakaan tidak akan bisa diganti. Mengapa tidak diambil tindakan sebelum terjadi kecelakaan dengan menilang kendaraan yang ngebut? Apakah karena polisi kekurangan tenaga?
Apalagi kalau kita lihat di tol. Jelas2 ada rambu kecepatan di tol 60-80 km/jam, dan di luar kota 60-100 km/jam. Tapi ini adalah peraturan tak bergigi. Hampir setiap saat bisa kita lihat mobil yang kecepatannya di atas 100 bahkan 120 km/jam yang lolos dari hukum. Padahal batas kecepatan itu dibuat memang ada gunanya, karena kalau terjadi kecelakaan dalam batas kecepatan tersebut, kemungkinan selamat lebih besar.
Di lain pihak, ada sebuah cerita dari teman saya yang dosen terbang Jakarta-Surabaya. Suatu saat ia hampir terlambat dari airport Juanda untuk mengajar dan mengejar waktu dengan ojek. Oleh tukang ojek ia diminta pegangan karena akan ngebut untuk mengejar waktu. Setelah berjalan, ia malah berpikir kapan ngebutnya nih ojek karena kecepatannya hanya 60 km/jam. Tak lama kemudian ia memang sampai dan tidak terlambat. Tukang ojeknya dengan bangga berkata, "Kalau saya tidak ngebut tadi pasti sudah terlambat." Haha... ternyata di Surabaya 60 km/jam sudah termasuk ngebut. Mudah2an Surabaya tetap seperti ini, tidak seperti Jakarta.
Monday, December 1, 2008
Angkutan Umum (1)
Dulu sewaktu saya belum lama di Jakarta, saya sering terkena tipu2 kecil ala kenek. Mungkin anda juga salah satu korbannya. Tipu2 kecil ini tidak membuat anda rugi berat sih, suka mengalami sedikit ketidakenakan saja, atau mengumpat kecil karena tahu telah ditipu. Untuk itu saya sajikan sedikit kamus tipu2 ala kenek Jakarta.
Duduk! Duduk! :
Kalau mereke berteriak seperti itu, bis tidaklah benar-benar kosong, melainkan tempat duduk sudah hampir terisi. Kadang2 malah hanya tersisa satu atau dua kursi. Kalau bisnya benar2 masih kosong, mereka tidak akan teriak seperti itu melainkan bisnya akan jalan seperti keong. Akal2an kecil seperti adalah untuk menjebak orang yang mengharapkan orang untuk mendapatkan tempat duduk. Secara teknis bohong2nya kecil sih, toh memang masih ada tempat duduk. Yang tidak diinformasikan hanya ada tinggal berapa!
Kosong! Kosong! :
Nah, kalau yang ini jebakannya lebih parah. Maksudnya kosong adalah kosong untuk berdiri! Tempat duduk sudah tidak ada. Jadi jangan berharap bisnya benar2 kosong.
Terakhir! Terakhir! :
Kalau ini bohong banget. Biasanya ini diteriakkan ketika hari sudah larut malam, untuk menjebak anda supaya buru2 naik bisnya dia, karena mengira ini benar2 bis yang terakhir. Ini juga untuk menjebak mereka yang tidak mau naik bis yang sudah penuh dan ingin menunggu bis berikutnya yang lebih longgar. Percayalah, masih banyak (bukan hanya satu atau dua, banyak!) bis dibelakangnya! Ini hanya truk untuk mendapatkan penumpang banyak di waktu malam.
Gak ada mobil! dengan alasan Ada Demo! atau Mobil no.sekian mogok! :
Ini juga bohong banget. Meskipun satu dua kali ada benarnya juga. Taktik ini biasanya berlaku di siang atau sore hari, dengan tujuan menjebak penumpang naik bisnya, bukan menunggu bis di belakang yang lebih longgar.
Demikianlah sekilas pengalaman saya selama bergaul dengan angkutan umum di Jakarta. Saya tidak tahu apakah trik2 kecil seperti ini juga berlaku di daerah lain. Setahu saya angkot2 di Bandung tidak pakai bohong2an seperti ini. Paling mereka agak rese urusan bayaran yang kurang2 sedikit.
Sekedar permenungan, apakah kerasnya Jakarta membuat mereka melakukan tipu2 kecil seperti ini, di alam persaingan hidup yang keras.
Thursday, November 13, 2008
Eros Jarot dilarang shooting film di Klaten
Menurut berita yang saya kutip, larangan itu keluar dibarengi dengan adanya surat kaleng yang mengatakan bahwa film tersebut akan menyebarkan faham komunisme. Menurut wawancara KBR68H dengan Eros Jarot pagi ini, 14 Nov 2008, ia mengaku telah mengantongi izin dari Kepolisian RI untuk melakukan shooting tersebut. Namun rupanya izin tersebut tidak mempan di level Polsek, walhasil shootingnya tetap dilarang. Masyarakat sekitar menurut pengakuran Eros Jarot juga tidak keberatan. Padahal film tersebut sekedar sebuah interpretasi dari kejadian G-30-S yang dijadikan latar belakang cerita, bukan film dokumenter.
Hantu komunisme nampaknya masih laku di tengah iklim kebebasan pers yang mulai kita hidup 10 tahun. Begitu pula dengan hantu ateisme dan aliran sesat. Masyarakat kita (atau aparat atau keduanya) nampaknya belum terbiasa dengan iklim kebebasan berpendapat dan ingin kembali ke era tertekan di zaman Orde Baru. Masih ingat kasus penyerbuan ke Toko Buku Ultimus di Bandung karena mereka mengadakan diskusi tentang gerakan buruh? Mereka pun dituduh menyebarkan faham komunisme. Buku tulisan Rm. Magnis Suseno pun dulu pernah dirazia karena menulis tentang filsafat Marxisme.
Nampaknya beban sejarah bangsa ini masih berat. Entah butuh berapa generasi pendidikan supaya kita bisa benar-benar hidup dalam alam yang bebas.
Wednesday, November 12, 2008
Blogger Myanmar divonis 20 tahun penjara
Anda tentu masih ingat dengan blogger Malaysia yang juga dituntut di depan hukum karena aktivitas bloggingnya.
Tak terbayang kalau hal seperti itu terjadi di Indonesia (atau malah sudah, yang mempermalukan SBY dengan manipulasi foto). Jika kebebasan untuk berbicara (baca: menulis) sudah dikerangkeng sedemikian rupa, mungkin aku akan memilih untuk tidak tinggal di Indonesia.
Memang, kebebasan total juga tidak bisa diterima, misalnya posting yang menghasut untuk melakukan tindak pidana yang serius seperti membunuh dan membakar. Tetapi kalau sekedar lucu2an, itu saya pikir tidak apa2. Hal seperti itu sudah biasa di negara yang maju. Tulisan harus dibalas dengan tulisan, bukan dengan hukuman.
Saya berharap2 cemas saja hal seperti ini tidak terjadi di Indonesia, sebab naga2nya kebebasan berpendapat sudah mulai agak muram di Indonesia.
Sumber berita: UPI lihat di sini
Wednesday, November 5, 2008
Selamat untuk Barack Obama!
Saya pribadi yang sebenarnya lebih suka dengan Hillary, turut bergembira karena kandidat Partai Demokrat mampu mengalahkan Partai Republik, walaupun efek langsung dari terpilihnya Obama mungkin tidak terasa bagi diri saya sendiri.
Namun yang mau saya soroti adalah terpilihnya seorang kulit hitam (walau Obama hanya separuh hitam) menjadi presiden sebuah negara adidaya. Dengan ini Amerika dengan gagah bisa berkata kepada dunia lain, bahwa di negara mereka ada persamaan hak politik, apa pun warna kulitnya. Ini adalah sebuah langkah besar bagi sebuah negara demokratis, di mana prasangka ras dan agama bisa dikalahkan.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Beberapa kejadian menunjukkan bahwa sentimen kedaerahan masih berlaku. Apalagi dengan sentimen agama yang ditunjukkan dengan makin merebaknya perda2 berbau agama. Sulit untuk membayangkan di Indonesia muncul seorang presiden dari etnis minoritas, keturunan cina, apalagi yang beragama kristen misalnya. Semuanya dikalahkan dengan meminjam argumen demokrasi, yaitu mayoritas berhak memimpin. Mungkin kita bisa belajar dari Amerika dalam hal ini, bahwa kepentingan bersama mengalahkan sentimen agama dan ras.
Sunday, November 2, 2008
Siapa yang Menang, Obama atau McCain?
Di dalam polling terakhir, kelihatan bahwa Obawa memimpin 6 poin di atas McCain, sebuah angka yang cukup signifikan, kalau merujuk ke perbedaan angka di dalam sejarah Amerika (Bush menang terhadap Kerry hanya dengan selisih 2 poin). Pertanyaan apakah polling ini akan terbukti bisa dijawab dalam beberapa hari lagi.
Meskipun sebagian orang nampaknya sudah yakin bahwa Obama akan menang (khususnya pendukungnya, tentu saja, dan ini bukan hanya di Amerika tapi juga di belahan dunia lain), ada beberapa hal yang perlu kita cermati.
1. Kasus Truman vs Dewey. Dimana semua polling memprediksi bahwa Dewey akan memenangkan pilihan, sehingga koran pun sudah mencetak dengan tulisan besar di headline merekaL: DEWEY. Kenyataannya adalah Truman yang menang, dan ini menjadi tertawaan besar untuk media tentu saja. Pada waktu itu polling (yang dilakukan oleh Gallup) belum secanggih sekarang. Lembaga polling berhenti melakukan polling tiga minggu sebelum pemilihan, dan di dalam minggu terakhir itulah ada migrasi suara dari pemilih calon independen kepada Truman, yang memberikannya kemenangan. Sekarang kesalahan itu telah diantisipasi dengan melakukan polling sampai menjelang pemilu, yang dikenal dengan nama exit polling. Ada juga yang mengatakan bahwa kesalahan polling terjadi karena polling dilakukan melalui telepon, sedangkan sebagian besar pemilih Truman tidak memiliki sambungan telepon.
2. Bradley effect. Bradley effect mengacu pada pemilihan gubernur California 1982, dimana Bradley, seorang calon berkulit hitam, unggul cukup banyak dari pesaingnya dari partai republik yang berkulit putih di dalam polling. Kenyataannya ia kalah. Sebabnya adalah, orang menjawab akan memilih Bradley di dalam polling karena takut disebut rasis tidak mau memilih kulit berwarna, dan dalam kenyataannya ia di bilik suara memberikan suara kepada kulit putih. Paling efek ini mempengaruhi sebanyak 6 poin, walaupun belum pernah ada kasus secara nasional untuk ini. Obama dikhawatirkan juga akan mengalami ini, sehingga kemenangannya di dalam polling masih terlalu dini untuk dirayakan.
3. Reverse-Bradley effect. Namun ada pula orang yang mengatakan bahwa di dalam pemilu kali ini yang akan terjadi justru sebaliknya. Banyak orang partai republik yang tidak berani terang2an berkata akan memilih Obama di dalam polling, meskipun sebenarnya mereka akan memilih Obama. Jadi Obama akan menang telak.
Apa yang akan terjadi, nampaknya memang sulit untuk diprediksi. Untuk negara sebesar dan sedemokrasi Amerika, isu seperti ras, agama dan gender masih memegang peranan. Terbukti Amerika belum pernah memiliki presiden kulit berwarna, presiden perempuan, dan presiden non-kristen (katolik pernah sekali yaitu JFK). Bandingkan dengan India sebagai negara Hindu terbesar yang pernah punya presiden beragama Islam. Dengan isu2 seperti ini, massa bisa digoyang dari satu kandidit kepada kandidat lain hanya karena hal2 tidak rasional, yang tidak berhubungan dengan janji2 kampanye.
AKhir kata, tunggu saja tanggal mainnya. Ada yang mau taruhan?
Sunday, October 26, 2008
Era Kebangkrutan Film Indonesia?
Film Indonesia memang seakan bangkit kembali dari kuburnya sejak dimulai dengan film ADA APA DENGAN CINTA, yang kemudian diikuti oleh PETUALANGAN SHERINA, dan JELANGKUNG. Sejak itu kegairahan film Indonesia bangkit sedikit demi sedikit, dan puncaknya adalah saat ini, dimana seluruh layar bioskop diisi oleh film Indonesia.
Sebuah bioskop 21 di dekat rumah saya yang memiliki tiga layar, semuanya memutar film Indonesia. Masalahnya adalah sebagian besar film itu adalah film2 sampah yang tak layak tonton. Kita2 ini yang mau nonton film bagus terpaksa cengok saja tidak mendapat tontonan.
Saya sebagai seorang penikmat film terus terang sangat terganggu dengan kondisi seperti ini. Film2 bagus yang saya lihat di Yahoo Movies! dan kelihatannya menarik kecil kemungkinannya masuk ke Indonesia karena harus bersaing dengan film seperti JANDA KEMBANG. Untung masih ada Blitz Megaplex yang masih memasok film2 lain seperi MONGOL yang mendapat nominasi film asing terbaik dalam ajang OSCAR. Untung masih ada JIFFEST dan festival2 film yang lain. Dan untung masih ada DVD bajakan, sehingga kita masih bisa mengikuti film2 bermutu dari luar.
Hal ini sebenarnya juga bukan hanya monopoli perfilman di Indonesia. Dunia film di Korea Selatan juga mengalami hal yang sama. Di saat perfilman nasional mereka merosot, seluruh layar mereka diisi oleh film2 Hollywood. Di awal kebangkitan film mereka, memang diisi oleh film2 yang bermutu. Tapi begitu pasar mencium kebangkitan ini, film korea mulai dibanjiri oleh film2 sampah.
Kalau perkembangan seperti ini diteruskan, sekedar mengutip Eros Jarot yang dimuat di KOMPAS di dalam artikel di atas, ini adalah awal dari akhir perfilman Indonesia. Apa gunanya film Indonesia menjadi tuan rumah di rumah sendiri, kalau rumah kita malah kita penuhi dengan sampah.
Siapa yang bisa mengubah ini? Berharap pada produsen film sepertinya sulit. Mereka hanya mencium uang. Yang bisa hanyalah penonton yang mau menolak untuk melihat film2 sampah. Penonton berkuasa dengan dompetnya!
Tuesday, October 21, 2008
Era Kebangkrutan Musik Indonesia?
Yang mau saya katakan adalah banyak dari musik2 baru ini yang bikin sakit telinga. Saya adalah seorang pendengar radio, yang meskipun tidak begitu peduli dengan artis yang menyanyikan, saya adalah penikmat musik. Dan dalam setahun terakhir ini terus terang kuping saya mulai sakit dengan lagu-lagu yang dibawakan oleh beberapa band baru ini. Kok bisa ya lagu seperti itu masuk rekaman.
Dulu di era delapan puluhan sempat ada era lagu cengeng model Pance Pondaag, Endang S Taurina, Ratih Purwasih, Obbie Messakh, Tommy J Pisa dan Rinto Harahap. Beberapa radio FM sekarang pun masih sering memutar lagu2 ini. Lalu sempat muncul fenomena Deddy Dores yang lagu2nya banyak dinyanyikan alm. Nike Ardilla. Di kalangan teman2 pemain musik, lagu2 ini sering ditertawakan dengan istilah lagu 3 jurus, kalau gak C, F, G, ya main di minor Am, Dm, Em.
Namun era delapan puluhan juga kaya dengan musikus2 yang layak mendapat acungan jempol dan memenuhi belantika musik Indonesia dengan lagu2nya yang asik. Untuk menyebut beberapa nama: Chrisye, Oddie Agam dan tentu saja Fariz RM. Okelah kalau banyak yang suka lagu cengeng model Pance (maaf untuk bung Pance yang kebetulan saya tahu adalah seorang musisi besar, namun karena tuntutan pasar maunya lagu model begitu, beliau terpaksa men-downgrade kemampuan musiknya), namun anak gaul tetap bawa kaset Fariz RM.
Hal yang berbeda sekarang nampaknya mewabahi kuping anak muda Indonesia. Kok bisa ya lagu dengan musikalitas pas-pasan kalau gak disebut rendah bisa laku keras dan mendapat airtime banyak di radio sehingga kuping saya sakit dan langsung pindah channel begitu lagu itu dimainkan. Sebegitu rendahkah selera musik kita.
Saya hanya malu saja dengan anak cucu kita nanti kalau tahun 2007-2008 ini dipenuhi dengan lagu-lagu jelek.
Kepada musisi2 yang bagus tetaplah berkarya. Just to say a few: Tompi, Bung Erwin Gutawa, Elfa Secioria, dan rekan2 muda seperti Pongki, Melly, GIGI. Tanpa kalian kuping saya sudah harus diafkir karena terlalu banyak dengar musik jelek.
Tuesday, September 16, 2008
Iklan Layanan Masyarakat Penerbit Erlangga
Kalau belum versi singkatnya seperti ini:
A: Mau kemana?
B: Motokopi buku.
A: Kok fotokopi. Beli yang asli dong!
B: Beli yang asli kan mahal, lebih murah fotokopi.
A: Kamu ini gimana sih. Beli pulsa sebulan 300rb bisa, masak beli buku gak bisa.
B: Kalau bisa lebih murah kenapa harus yang lebih mahal!
A: Kamu kan mahasiswa. Kalau siap jadi mahasiswa harus siap uang buat beli buku dong. Masak pake bajakan. Orang2 sukses pasti banyak baca buku.
B: Iya deh, aku akan beli buku
Pesan Sponsor: Jangan beli bajakan, belilah buku asli.
Ada beberapa hal yang mau saya sikapi.
1. Mahasiswa mana yang sanggup beli pulsa 300rb sebulan? Kaya betul tuh mahasiswa, sementara saya yang kerja saja setengah mati menekan pengeluaran pulsa saya supaya gak lebih dari 100rb sebulan dengan selalu nyari tarif murah. Memang sih keterlaluan kalau sanggup beli pulsa 300rb sebulan dan gak mau beli buku asli yang harganya sekitar 150-300rb rupiah. Tapi sekali lagi, berapa mahasiswa yang ngabisin 300rb sebulan buat pulsa! Mayoritas mahasiswa tidak akan mampu, dan konsekuensinya mereka juga gak punya cukup uang buat beli buku asli!
Buku asli di Indonesia masih terlalu mahal. Kalu mencontoh di India, teks book kuliah harganya bisa hanya sekitar 30rb-60rb karena pemerintah mensubsidi harga kertas dan tidak mengenakan pajak untuk buku. Mereka pun mencetak dengan kertas murah gak dengan kertas luks seperti disini. Kita di Indonesia cendurung jadi orang miskin yang sok kaya!
2. Beli buku asli? Memang semua mata kuliah mudah mencari buku aslinya. Ya, untuk mata kuliah tertentu seperti Manajemen dan Akuntansi sih relatif mudah. Tapi untuk kuliah lain, saya gak yakin. Ambil contoh mata kuliah yang saya ambil yaitu ANTROPOLOGI AGAMA yang memakai referensi tidak kurang dari 10 buku. Yang ada terjemahannya setahu saya hanya 3: Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme-nya Max Weber, Sosiologi Agama-nya Weber dan Bentuk Dasar Kehidupan Beragama-nya Emile Durkheim. Itupun tidak mudah ditemukan di toko buku karena tidak mau distok, karena tidak banyak yang beli. Butuh jaringan luas untuk mencari buku2 seperti itu. Belum lagi buku yang memang tidak ada. Mau pesen lewat amazon? Kalau udah kelewat kaya sih silakan saja. Untung koleksinya ada di perpustakaan semua. Supaya kuliah bisa berjalan dengan lancar ya fotokopi saja!
3. Pembajak dengan motif mencari keuntungan di atas jerih payah orang lain memang bukan sesuatu yang baik. Namun pembajakan juga berada di area abu2 seperti terlihat di poin 2. Dalam kondisi yang tidak memungkinkan, fotokopi buku (atau copy software secara ilegal) bisa jadi adalah satu2nya cara untuk tetap bisa belajar. Untuk software mungkin nasibnya lebih baik karena sudah banyak open source, tapi buku belum banyak yang tidak pakai copyright!
4. Ini iklan layanan masyarakat? Gak deh kayaknya. Jelas ini iklan yang mengarahkan pada belilah BUKU ERLANGGA, yang banyak menerbitkan teksbook. Iklan anti pembajakan hanyalah kedok mereka untuk jualan merk mereka, supaya orang kenal dengan merk ERLANGGA. Saya gak tau apa dengan merk iklan layanan masyarakat mereka bayarnya jadi lebih murah. Kalau itu sih enak di mereka, tetapi bisa jualan dengan berkedok iklan layanan masyarakat.
Waspadalah! Waspadalah!
Monday, September 8, 2008
Ada Apa dengan Jalan Blora?
Jalan Blora sebenarnya termasuk pendek jika dibandingkan dengan jalan-jalan lain. Ia paralel dengan Jalan Sudirman, yang merupakan jalan protokol. Meskipun ia paralel dengan jalan Sudirman, tapi ia tidak ramai, malah hampir pasti lenggang. Mungkin karena memang pendek dan hanya dipakai sebagai jalan pintas saja untuk memutar.
Di jalan Blora ini ada Dunkin' Donut, yang kayaknya gak rame2 amat, dan juga Alfamart yang memang sudah ada dimana-mana. Kemudian sebuah Restoran Menado yang mahal dan tidak enak, dan E-motion, label kaset-nya TOMPI. Lalu Gado2 BOPLO yang paling enak sejagat gado2nya, yang entah kenapa ganti label menjadi Gado2 Cemara dan rasanya gak seenak sebelumnya (katanya sih pertikaian bisnis, tapi entahlah). Disitu juga ada dua travel: Cipaganti dan XTrans. Ini tentunya memudahkan mereka yang mau ke Bandung dan kantornya berdekatan dengan Blora yang cukup strategis karena berada di sekitar bunderan HI.
Yang menarik adalah, entah mengapa, jalan Blora selalu menjadi tempat favorit kantor partai. Dulu ada partai PDK dan kantor Kosgoro. Kemudian menyusul Wiranto Center, dengan Hanura-nya. Belakangan Barnas (Barisan Nasional) dan PPD (Partai Persatuan Daerah, bukan bis PPD) juga berdiri di sana. Mengapa Blora menjadi tempat favorit. Entahlah.
Mungkin karena di Jalan Blora juga ada dua kafe dangdut yang berdekatan. Asmoro dan LoneStar. Saya baru sadar itu adalah kafe dangdut waktu pulang agak larut dan melewati jalan Blora. Jalan itu yang biasanya sepi kok penuh dengan mobil parkir. Begitu terdengar hingar bingar musik dangdut keluar dari sebuat gedung aku baru sadar bahwa itu adalah kafe dangdut. Dan mereka cukup sopan tentu saja untuk tidak beroperasi selama bulan puasa ini.
Yang menarik lainnya adalah di sana ada sebuah toko tua bernama CHUNG IN. Bangunannya masih bergaya jaman dulu. Ada kemungkinan bangunannya adalah bangunan paling tua di daerah itu. Kalau sempat mungkin saya akan melakukan liputan tentang cerita toko tua ini.
Dan yang terakhir di sana ada sebuah pohon mengkudu yang berbuah lebat. Nah kalau anda mau buah mengkudu gratis buat nurunin kolesterol silahkan tongkrongin tuh pohon!
Sunday, September 7, 2008
Mengenang 4 Tahun Munir
Perkembangan terakhir telah membawa Muhdi PR ke depan meja hijau dengan tertinggi hukuman mati, dan Polycarpus yang sudah divonis 20 tahun penjara. Muhdi yang adalah mantan Danjen Kopasus, menurut jaksa penuntut umum bermotif membunuh Munir karena dendam. Ia dendam karena Munir mengungkap adanya tim Mawar dalam tubuh Kopassus yang bertanggung jawab atas penghilangan aktivis tahun 1997-98. Akibat dibukanya keterlibatan Kopassus, Muhdi dipecat dari jabatan Danjen dan karir militernya berakhir.
Menurut beberapa teman di KASUM, tuntutan ini justru lemah, karena dengan demikian bisa mengakhiri kasus ini di Muhdi saja, dengan motif dendam pribadi dan memanfaatkan jabatannya di BIN untuk membunuh lawan pribadi. Lagi pula menurut beberapa ahli hukum pengungkapan motif di dalam hukum Indonesia bukanlah syarat mutlak, selama bukti2 memberatkan. Dugaan adanya keterlihatan BIN secara lebih mendalam bisa saja tidak tersingkap kalau semuanya berhenti di Muhdi. Kita lihat saja nanti perkembangan selanjutnya.
Yang jelas, kasus Munir harus diungkap. Munir telah menjadi martir di republik ini, yang membuktikan bahwa masih ada orang2 yang tidak ingin Indonesia dibangun dengan keadilan dan penghargaan atas kemanusiaan. Mereka masih ingin Indonesia dibangun di atas teror, sebuah negara Intel, seperti dilukiskan dalam film V for Vendetta. Adalah tugas kita terus ingat dan tidak akan berhenti berjuang, sampai negara ini benar2 menjadi sebuah negara yang besar demi rakyatnya. Munir sudah gugur, dan kita akan meneruskan perjuangannya.
Thursday, September 4, 2008
Puasa Hari Pertama yang Ternoda
Saya akan mencoba sedikit menganalisis kenapa ini terjadi. Hari pertama puasa adalah hari libur. Anak2 yang biasanya berangkat sekolah menjadi nongkrong kurang kerjaan. Aksi nongkrong ini sudah terjadi sejak sholat subuh. Sekumpulan orang berbagai usia, yang sebagian besar adalah anak2 usia sekolah nongkrong di sekitar fly-over tersebut. Di mana massa berkumpul, plus adanya petasan, kerusuhan bisa tersulut.
Dengan ini saya mencoba melihat hari libur pada puasa hari pertama. Libur di saat puasa tentunya diniatkan baik, supaya sang anak bisa lebih mengisi waktu dengan ibadah. Tapi bisa itu tidak terpenuhi, waktu tersebut malah digunakan untuk kegiatan yang tidak berguna.
Maxim kaum puritan Inggris mungkin ada benarnya. "Idleness is the root all of evil". Bengong gak ada kerjaan adalah akar dari kejahatan.
Sunday, August 24, 2008
Elpiji Naik Lagi
Yang menarik adalah mengapa Pertamina menaikkan harga elpiji. Menurut Humas Pertamina, ini dilakukan karena harga elpiji dijual jauh di bawah harga pasar dunia. Harga elpiji sebelum naik adalah 5.250/kg dan dinaikkan menjadi 5.750/kg, dan harga internasional sekarang adalah 11.400/kg.
Yang menjadi pertanyaan saya adalah, kok elpiji mau dijual dengan harga pasaran dunia. Berbeda dengan BBM, dimana kita adalah importir, untuk kasus gas kita adalah EKSPORTIR! Gasnya punya kita, ya suka2 kita dong jual berapa untuk rakyat. Yang perlu kita ketahui adalah berapa biaya produksinya. Selama masih nutup, tidak perlu dijual dengan harga pasaran dunia. Saya kuatir yang dimaksud rugi oleh beliau adalah opportunity loss, sebuah jargon ekonomi yang berarti kerugian akibat kehilangan kesempatan meraup keuntungan lebih besar. Kerugian ini adalah kerugian yang dibayangkan, bukan kerugian dalam arti sebenarnya. Pertamina harus mempertanggungjawabkan angka produksi gas elpiji kepada masyarakat secara terbuka, diaudit, supaya kita benar2 tahu apakah kenaikan gas ini benar2 rugi, atau akal2an pat gulipat saja.
Kenaikan yang bisa diterima akal adalah yang diakibatkan oleh kenaikan biaya distribusi, seperti yang dilansir waktu kenaikan bulan lalu. Tetapi kenaikan karena menyesuaikan dengan pasar dunia benar2 tidak bisa diterima.
Apalagi kenaikan ini dilakukan sepertinya dengan jebakan. Setelah menghentikan distribusi minyak tanah dan memaksa masyarakat pindah ke gas, elpiji pun naik, seperti yang diduga banyak orang.
Pertamina masih sempat berkilah bahwa ini tidak akan berakibat ke rakyat miskin karena gas 3 kg tidak naik. Ini adalah sebuah pernyataan yang bodoh. Kita semua tahu logika pasar, bahwa jika elpiji 12 kg naik, apalagi kalau benar akan naik Rp500/kg perbulan, yang terjadi adalah hijrah besar2an ke elpiji 3 kg. Yang akan terjadi adalah kelangkaan elpiji 3 kg, dan membuat harganya di pasaran naik, meskipun harga distributor tetap.
YLKI dan masyarakat harus melakukan class action lewat pengadilan untuk masalah ini. Masyarakat sudah susah, tidak perlu dibuat susah lagi.
Friday, August 22, 2008
Zaenal Maarif, Partai dan Mimpi
Bagi yang percaya dengan teori konspirasi mengatakan bahwa ada deal di belakang layar dengan SBY. Ini membuat orang untuk curiga kalau memang ada fakta kebenaran yang dipegang Zaenal Maarif mengenai perkawinan SBY sebelum masuk akademi militer.
Tapi saya bukan penggemar teori konspirasi. Yang akan saya bahas adalah hasil wawancara KBR68H pada Jumat pagi tanggal 22 Agustus 2008 dengan yang bersangkutan, Zaenal Maarif. Maarif ditanyai mengenai mengapa beliau mau menjadi calon legislatif dari partainya SBY, yang pernah bersengketa dengan beliau. Di satu pihak, ia menyatakan bahwa SBY bukan seorang yang pendendam, dan ini patut dihargai. Dengan mau menerima Zaenal Maarif berarti ia bisa memaafkan kesalahan orang di belakang.
Namun yang menarik adalah justru pernyataan Zaenal Maarif sendiri mengenai mengapa ia masuk Partai Demokrat. Ia mengatakan bahwa semuanya berasal dari MIMPI! Ia bermimpi berdiri di belakang SBY. Dan di dalam mimpi itu juga ada ibunya yang sepertinya memberi restu. Dengan demikian bergabunglah ia dengan Partai Demokrat, dan SBY pun tidak berkeberatan.
Bayangkan sebuah keputusan politik yang diputuskan dengan mimpi. Masih hangat dalam ingatan kita (atau mungkin sudah lupa) pada saat Sri Sultan memperingatkan warga Jogja akan adanya badai besar berdasarkan mimpi beliau. Bangsa ini sungguh bangsa yang irasional, dan masih butuh waktu untuk menjadi bangsa yang besar. Bapak2 bangsa kita yang terdidik di jaman dulu akan sedih melihat anak cucunya sekarang ini.
Omong2 saya semalam bermimpi berdiri di samping Barack Obama, dan di belakang saya ada George Washington dan Bung Karno yang mengangguk menyetujui. Wah saya mesti buru2 daftar nih jadi calon wakil presiden yang diusung Partai Demokrat, bukan yang di sini tapi yang di negeri Paman Sam.
Thursday, August 21, 2008
Klarifikasi soal cucu SBY yang lahir lewat caesar
Setelah saya menjelajah ke beberapa media online saya menemukan berita yang menyatakan bahwa kelahiran melalui operasi caesar tersebut dikarenakan alasan medis.
lihat di sini
Menurut berita tersebut, ibunda Annisa Pohan mengaku bahwa anaknya harus melahirkan lewat operasi caesar demi alasan medis. Mengenai apakah itu benar atau tidak tentunya itu di luar pengetahuan saya (cuma dokternya sama Tuhan yang tahu).
Yang mau saya tekankan di sini adalah bahwa, sebagai seorang sosok publik, apa pun yang dilakukan olehnya akan menjadi sorotan publik. Meskipun dia melahirkan caesar tanpa rencana, tetapi karena kelahirannya pas tanggal 17 Agustus, ini bisa memunculkan persepsi macam-macam di mata masyarakat. Hal seperti inilah yang harus diklarifikasi. Sebagai contoh saja silahkan baca di sini, yaitu Ketua Program Studi Pemandu Wisata Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Drs I Ketut Sumadi yang sudah mengkait2kan kelahiran tanggal keramat dengan macam2 hal yang tidak rasional. (Di dalam tulisan itu dikatakan bahwa itu berkaitan dengan karma perbuatan masa lalu. Bukannya saya tidak percaya karma, melainkan satu tidak setuju dengan pengkramatan hari tertentu yang merupakan bagian dari astrologi)
Pihak keluarga (kalau benar kelahirannya memang terpaksa harus dicaesar) harus berupaya untuk menjelaskan duduk perkaranya di depan publik. Begitulah repotnya kalau jadi figur publik. Kejadian yang mungkin biasa2 saja bagi orang biasa bisa membawa akibat yang tidak enak lewat pemberitaan di media.
Wednesday, August 20, 2008
Lagi-lagi SBY...
Bukankah upacara 17 Agustus itu adalah sebuah upacara yang sakral yang mestinya bersih dari segala upaya menjilat atasan. Kok saya melihat acara yang pake nyanyiin lagunya SBY segala adalah upaya menjilat yang terlalu kentara. Untuk bisa lagu seseorang dinyanyikan itu mestinya gak gampang. Dari lagu-lagu yang lumayan baru mungkin baru lagu ciptaan alm. Gombloh yang layak.
Okelah bahwa lagu beliau yang dinyanyikan "Save our planet" mengusung isu lingkungan yang emang lagi hangat dan juga penting. Tapi apa memang harus lagu beliau. Masih lebih pantes lagu "Imagine"-nya John Lennon misalnya. Atau "We are the World"-nya Michael Jackson. Atau kalau mau bau lokal bisa pake lagu2nya Uli Sigar Rusadi misalnya.
Belum lagi acara yang sakral ini pake bawa2 bintang cilik komersil pemenang AFI junior dan idola cilik RCTI (yang suka saya plesetin jadi idola licik). Komersialisasi emang sudah sampai di depan orang paling berkuasa di Indonesia, secara simbolis.
Sekedar mengutip obrolan orang2, susah negeri ini punya presiden pengen jadi penyanyi dan punya penyanyi pengen jadi presiden... :p
Monday, August 18, 2008
Cucu pertama SBY, Kampanye Negatif buat Melahirkan Normal
Yang menjadi perhatian saya, adalah mengapa orang sekaliber SBY dan Aulia Pohan, mengijinkan anaknya melakukan operasi caesar tanpa alasan medis. Ini adalah kampanye negatif bagi proses melahirkan normal yang lebih murah dan aman dibandingkan operasi. Apakah demi tanggal lahir anak yang dipas2kan dengan 17 Agustus harus mempercepat kelahiran sang jabang bayi?
Sebagai presiden mestinya ia lebih melihat lebih arif. Melahirkan dengan operasi caesar sekarang banyak disalahgunakan oleh pihak rumah sakit untuk meraup keuntungan dari pasien dengan memanfaatkan ketakutan pasien melahirkan normal, atau oleh keinginan melahirkan anak pada tanggal tertentu seperti cucu SBY ini.
Tapi bagaimana pun, seorang bayi perempuan yang mudah2an cantik seperti ibunya telah lahir, dan kita patut mensyukurinya.
Monday, July 21, 2008
PON yang Berlalu Tanpa Gema
Dulu di era 80-an, gegap gempita masih berasa. Semua TV yang wajib relai TVRI mendapat liputan khusus. Kita tahu prestasi propinsi2 tertentu dan persaingan juga terasa khususnya di cabang sepakbola. Beberapa rekor PON juga mendapat perhatian karena memecahkan rekor SEA GAMES atau bahkan ASIAN GAMES di cabang2 andalan. Cabang bulutangkis juga menjadi semacam kawah candradimuka untuk mempersiapkan persaingan di kancah internasional. Kini semua itu tinggal kenangan.
Liputan minim di media baik TV maupun koran, membuat PON bagai tanpa makna. Bagai langit dan bumi dengan EURO yang baru berlalu. Pendukung Jerman menangis walaupun mereka juga mungkin kesulitan menunjuk mana letak Jerman di peta dunia. Pendukung Spanyol gembira walaupun mereka hanya tahu Spanyol sebatas bola, dan tidak tahu Franco seorang diktator Spanyol adalah temen dari Hitler. Apalagi dengan Rusia yang baca abjadnya saja susah.
Olahraga sekarang memang sekedar menjadi tontonan semata. Ia tidak lagi menjadi jati diri bangsa. Era dimana kita menjadi SEA GAMES yang selalu menjadi juara kini entah dimana, jadi runner up saja susah. Tim bola kita dulu juga raja di Asia, paling kalah sama Korea. Masyarakat kita sudah tidak peduli, mereka lebih peduli sama pemain luar negeri. Memang ini adalah masa yang suram bagi olahraga.
Apakah ini ketidakpedulian kita dengan perkembangan olahraga kita di tanah air adalah pertanda kita memang tidak peduli dengan bangsa ini? Mungkin iya. Orang boleh mencaci PSSI buruk tapi bagaimana pun PSSI adalah milik kita, dan PSSI hanya bisa bangkit kalau kita mendukungnya. Begitu pula dengan bulutangkis yang baru saja gagal meraih Thomas dan Uber. Dan semua cabang lainnya. Bangsa ini telah kehilangan harga dirinya, puas sekedar menjadi penonton saja!
Thursday, July 17, 2008
Selamat Buat Tim Olimpiade Matematika
Semuanya ini tentunya harus disyukuri ditengah morat-maritnya pendidikan di negeri ini. Tapi ada beberapa hal yang tetap patut kita kritisi.
Pertama, saya melihat kesuksesan ini analog dengan kesuksesan tim sepakbola U-12 kita. Mereka sukses dalam ajang internasional mudah, tetapi begitu mereka masuk ke timnas, mereka memble. Kiranya inilah penyakit bangsa kita. Kita punya potensi, tapi gagal dalam pembinaan. Infrastruktur untuk jadi sebuah bangsa yang maju dalam ilmu pengetahuan belum terbentuk, sama seperti tiadanya infrastruktur sepakbola kita yang masih gak jelas. Apa yang bisa diharapkan dari anak2 ini begitu mereka tumbuh dewasa kalau dana riset dari pemerintah tidak jelas? Kalau mereka jadi dosen, jangan2 mereka nanti akan kejar setoran dengan ngambil proyek banyak atau banyak ngajar di pasca yang gembung koceknya demi untuk menghidupi diri ketimbang melakukan penelitian yang gak disponsori.
Kedua, janganlah kegembiraan ini melupakan kemorat-maritan pendidikan kita secara umum seperti pembantaian ujian nasional yang berlangsung setiap tahun. Dan kesuksesan ini janganlah diklaim oleh negara sebagai kesuksesan pendidikan Indonesia. Kalau pun ada yang berhak mengklaim kesuksesan ini, itu adalah tim sukses olimpiade itu sendiri, dan anak itu sendiri tentu saja. Tujuan pendidikan nasional bukanlah menang Olimpiade dimana2 melainkan mencerdaskan pendidikan bangsa, menuju Indonesia yang maju sejahtera, adil dan makmur.
Dan kepada anak2 yang menang, selamat. Tapi jangan lupa dan terlalu berbangga diri. Ini baru awal perjuangan kalian. Banggalah kalian kalau nantinya kalian mampu mengangkat bangsa ini dari segala kemorat-maritannya. Ingat, perjuangan masih panjang!
Monday, July 14, 2008
Macet Hari Sekolah Pertama
Hal ini menarik untuk dilihat, betapa besar kontribusi anak sekolah terhadap masalah kemacetan di Jakarta. Hal yang pertama bisa dilihat adalah jam masuk pagi anak sekolah yang sama, berbeda dengan jam kerja yang lebih variatif. Jam yang sama ini tentu saja menimbulkan pemadatan pada jam tertentu. Seperti halnya pada kasus PLN yang kekurangan listrik, dan keputusan SKB 5 menteri yang memindahkan hari kerja ke sabtu minggu untuk pemerataan beban listrik, mungkin pemerataan jam sekolah adalah juga salah satu cara. Mungkin membagi sekolah menjadi 2, yaitu yang masuk pagi dan siang.
Hal yang kedua adalah jarak tempuh dari rumah ke sekolah. Masalah kemacetan tentu saja tidak harus terjadi kalau anak bersekolah tidak jauh dari rumah. Apakah sistem rayon seperti yang dulu dilakukan, yaitu anak harus memilih sekolah yang terletak di wilayah tempat tinggalnya perlu dicermati lagi sebagai salah satu solusi kemacetan? Masalahnya adalah tentu saja orang tua murid yang cendurung mau anaknya masuk sekolah favorit, walaupun tempat tinggalnya jauh. Masalah ini tentunya rumit, dan tentunya mendapat banyak tentangan jika dijalankan kembali. Pemerataan kualitas sekolah tentunya menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar jika kita ingin kembali ke sistem rayon.
Menurut angka tidak resmi, angka kontribusi kemacetan dari anak sekolah adalah 30%. Cukup besar, dan jika bisa diatasi dapat membuat Jakarta lebih layak dihuni.
Tuesday, July 8, 2008
Apa itu Nasionalisme
Jawaban yang menarik adalah yang diberikan oleh Anies Baswedan. Menurut beliau, nasionalisme pasca kemerdekaan lebih sulit untuk mendapatkan bentuk. Di jaman penjajahan, nasionalisme memiliki bentuk yang jelas, yaitu melawan penjajah. Tapi begitu merdeka, ungkapan nasionalisme semacam menjadi monopoli pemerintah. Bentuk2nya berubah menjadi seperti upacara bendera, teks Pancasila, wajib bayar pajak, dll. Semuanya itu menjadi kaitan antara penguasa dan rakyat, tidak ada lagi unggapan spontan seperti di jaman perang.
Hal ini memang menarik untuk dicermati. Betapa sulit kita sekarang menerjemahkan nasionalisme. Saya pengen tertawa rasanya pas peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni kemarena ada sekelompok pemuda ormas tertentu, kalau gak salah sih dari seragamnya Pemuda Pancasila, yang merazia orang-orang untuk menanyakan hafal tidak Pancasila, kalau benar dikasih duit. Jadi pengen iseng nanya balik ke orang2 itu, ngerti gak maksud apa yang dimaksud dengan "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat permusyawatan/perwakilan" dalam sila-4. Emang gampang menjelaskan makna kerakyatan? Apalagi hikmat, permusyawaratan dan perwakilan.
Begitu pula dengan upacara bendera. Seolah2 kalau gak ikut upacara bendera tidak nasionalis. Kok semua jadi monopolo tafsir ya. Bagaimana dengan petani yang dengan setia nanam padi buat makan kita semua, yang dengan enak bisa ongkang2 ke pasar tinggal beli beras tak harus berkeringat, apalagi belinya di carrefour. Kurang nasionalis apa mereka. Kalau mereka ngambek gak mau nanam beras gimana, karena tidak dilindungi haknya oleh pemerintah misalnya, dengan menjaga harga gabah dan pupuk supaya stabil.
Apalagi kalau kita lihat pelajaran PKn, kewarganegaraan. Nasionalisme diterjemahkan sebatas hafalan. Emang anak2 itu ngerti apa maksudnya hidup sebagai warganegara. Paling banter yang mereka pahami bahwa menjadi warga negara yang baik adalah manut, jangan neko2. Tapi mereka dengan enak saja jadi pegawai sebuah perusahaan yang kita tahu merusak lingkungan sehingga mematikan mata air yang menjadi sumber hidup orang banyak misalnya.
Memang tidak mudah untuk menerjemahkan makna nasionalisme dalam kehidupan sekarang ini. Kita sudah terlalu terlena dengan kenyamanan yang ditawarkan modernitas. Kita gak usah mikir, ikut arus saja. Kalau mau enak ya go with the flow. Jadilah kita sekedar budak dari jaman, bukan empu dari jaman ini. Mungkin Bung Karno harus hidup kembali untuk mengingatkan kepada kita bahwa "REVOLUSI BELUM SELESAI!"
Sunday, July 6, 2008
Supir Bis yang Membuat Jengkel
Mengapa mereka perlu menjalankan bis sepelan itu? Yang paling gampang jadi sasaran tentunya adalah sopir bis yang kejar setoran. Tapi untuk kasus PPD adalah lain. Setau saya mereka digaji, jadi kejar setoran menjadi tidak relevan. Lalu kenapa mereka menjalankannya selambat itu? Apakah memang ada perintah dari PPD? Entahlah. Yang jelas kelihatan adalah armada P11 yang memang jarang. Logikanya kalau armadanya banyak, tidak mungkin mereka jalan pelan-pelan karena pasti kesalip. Tapi ya sudahlah, biarlah itu tetap menjadi misteri karena arah tulisan ini bukan kesana. Ini hanya sekedar intro saja.
Pernahkan anda mengalami hal seperti saya, di mana sopir menjalankan bisnya sepelan keong atau ngetem lama banget padahal kita sedang dikejar waktu. Macet sudah cukup membuat kesal karena kita tidak bisa berbuat apa2 untuk mengatasinya. Tapi bagaimana kalau jalanan lengang dan malah sopirnya yang bikin pelan atau malah ngetem?
Di lain pihak, bis yang suka ngetem dan jalan pelan bisa ngebut seperti setan. Saya juga sering naik Metro Mini. Kalau mereka papasan dengan trayek yang sama, yang terjadi adalah saling mengejar dan saling menyalip untuk berebut "sewa". Pernah sekali waktu mereka saling menyenggol, dan semua penumpang yang ibu2 ketakutan.
Apa artinya semua ini? Sopir bis bisa membawa bis seenak hatinya tergantung pada setoran? Apakah tekanan ekonomi dapat membuat orang seperti itu? Nampaknya dari kasus sopir bisa kelihatannya ya. Pekerjaan menjadi sopir yang ngejar setoran nampaknya memang adalah sebuah profesi yang keras. Di satu pihak kita jadi bisa maklum melihat kelakuan mereka yang seperti itu karena mereka sebenarnya adalah korban dari sistem transportasi kita yang tidak karuan, entah itu Dinas Perhubungan atau ORGANDA. Sistem setoran membuat resiko bisnis ditanggung lebih benar oleh supir, bukan oleh pemilik mobil. Ini adalah sebuah sistem yang tidak adil, dan saya tidak tahu kenapa sistem seperti ini masih dipertahankan.
Dengan demikian, sistem sopir bergaji tetap seperti pramudi TransJakarta nampaknya bisa menjadi pilihan yang lebih baik. Penumpang jelas tidak dirugikan dengan kelakuan supir yang tidak karuan karena tekanan ekonomi. Meskipun demikian, cerita sopir Busway juga bukan tanpa cela, tapi itu dibahas ditulisan lain saja....
Monday, June 23, 2008
Busway dan Gas
Satu hal sering luput dari perhatian kita adalah berapa jumlah sarana pengisian BBG di SPBU yang tersedia di Jakarta dan sekitarnya. Kalau tidak salah, sarana pengisian BBG ini dicanangkan dulu sewaktu ada program Langit Biru di jaman KLH di tangan Pak Sarwono. Waktu itu ada sekitar 2000 taksi KOSTI yang diberi fasilitas konversi ke BBG. Sekitar 13 (kalau tidak salah) sarana pengisian BBG dibangun di beberapa SPBU.
Sayangnya ini semua tinggal cerita. Saat ini hanya 4 tempat pengisian BBG yang masih beroperasi, di Sumenep (deket Bunderan HI), Pluit, Pancoran dan Pemuda. Yang Pesing katanya tutup karena tidak dibayar oleh operator Busway yang mengisi di situ (unconfirmed). Yang di Mampang juga sudah tutup (entah rusak atau apa). Katanya sih untuk SPBU yang baru sudah diwajibkan untuk menyediakan sarana pengisian BBG. Mudah-mudahan...
Masalah yang berikutnya, yang saya sendiri tidak begitu jelas ujung pangkalnya, adalah melubernya bis-bis TransJakarta tersebut ke sarana pengisian BBG umum untuk mengisi bahan bakar. Bukankah seharusnya Busway punya sarana pengisian sendiri? Apakah sarana pengisian BBG mereka tidak cukup kapasitasnya? Yang jelas, melubernya Busway ke SPBU umum cukup merepotkan pelanggan lain, karena Busway memiliki kapasitas tabung yang besar. Otomatis jatah buat mereka berkurang, dan membuat antrian pengisian gas menjadi lama.
Bukan hanya itu. Antrian yang lama membuat penumpang terlantar lantaran menunggu bis yang sedang ngisi BBG. Menurut sopir taksi yang saya ajak ngobrol, satu bis TransJakarta yang besar itu bisa menghabiskan waktu satu jam untuk mengisi sampai fulltank. Jadi bayangkan saja lamanya antrian. Tak aneh jika sewaktu malam kalau kita melintas di SPBU Jl. Pemuda, akan terlihat antrian Busway dan taksi yang panjang sekali untuk mengisi BBG.
Dan ini nampaknya akan semakin memburuk kalau dengan dibukanya koridor Busway baru di bulan September ini (unconfirmed). Tanpa adanya sarana pengisian BBG yang baru, antrian akan menjadi semakin parah, dan yang menjadi korban tentunya adalah penumpang Busway.
Apakah PEMDA Jakarta selaku penyedia jasa Busway sudah memikirkan ini jauh2 hari. Nampaknya tidak. Mestinya jauh2 hari, SPBU yang menyediakan BBG sudah dibangun. Insentif pajak untuk kendaraan yang melakukan konversi juga bisa diberlakukan (saya tidak tahu persis, bisa jadi memang sudah ada peraturan seperti itu), supaya makin banyak orang berpindah ke gas, dan dengan demikian mau tidak mau para pengusaha SPBU harus melihat ini sebagai peluang bisnis.
Kalau ini tidak segera dibenahi, waktu tunggu Busway akan menjadi semakin lama, dan lama2 Busway akan ditinggalkan oleh penumpangnya, dan mereka kembali ke kendaraan pribadi (yang membuat jalanan semakin macet) atau terpaksa pindah ke angkutan umum lain yang tidak layak dengan terpaksa.
Wednesday, June 18, 2008
Blue energy Diujicobakan!
Benar atau tidak, blue energy sudah memakan korban. Dikutip dari koran yang sama, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dr. Khoiruddin Basyori mengajukan pengunduran diri. Ia diduga mengundurkan diri karena telah menandatangani kerja sama denga penemu blue energy Djoko Suprapto. Sementara itu pengacara Universitas Muhammadiyah melaporkan Djoko ke polisi karena diduga menipu dengan proyek listrik Banyugeni. Badan Pengurus Harian Pengurus Pusat Muhammadiyah melalui komite disiplin menyiapkan sanksi kepada pihak yang terlibat proyek bernilai 1,346 milyar rupiah ini. Belakangan proyek ini dihentikan karena dinilai tidak layak oleh pihak universitas.
Pertama yang mau saya sikapi adalah pengujian yang diklaim sudah berhasil tersebut. Sayangnya saya gak bisa hadir ditempat. Yang diujikan hanyalah sekedar memasukkan cairan bahan bakar blue energy ke dalam mesin diesel dan terbukti menyala. Ini tidak membuktikan apa2, karena kita tidak tahu mengenai proses produksi blue energy tersebut. Yang namanya bahan bakar itu mesti efisien. Kita tidak tahu berapa energi yang dikeluarkan untuk memproduksi bahan bakar blue energy tersebut. Kalau energinya lebih besar dari energi yang dikeluarkan mesin diesel itu namanya nombok!
Itu kalau saya memakai kaca mata positif, alias memungkinkan air yang menjadi bahan baku energi. Kalau memakai kaca mata negatif, jangan2 bahan baku blue energy bukanlah air melainkan solar, yang entah kemudian dicampur apa. OK-lah katakan solar campuran tersebut menjadi lebih efisien, alias menghasilkan energi lebih besar daripada solar tanpa campuran. Tetap harus dihitung apakah tambahan energinya lebih besar dari biaya produksinya. Kalau tidak ya tidak bisa diprodukasi karena tidak ekonomis.
Kedua, yang saya sikapi adalah sikap skeptis dalam hal ilmiah. Skeptisisme yang sehat diperlukan dalam menguji semua klaim ilmiah. Dengan begitulah sains berkembang. Tanpa sikap skeptis, kita mudah jatuh ke dalam perangkap. Setiap klaim ilmiah perlu diuji pihak ketiga dengan berbagai kondisi yang telah ditentukan, sebelum bisa diklaim kebenarannya. Klaim bahwa temuan blue energy benar adanya masih terlalu jauh.
Saya jadi teringat dengan lawakan Warkop tahun 80-an tentang sebuah mesin cuci yang bertenaga 5 watt. Luar biasa! Saputangan dimasukkan, lima menit kemudian keluarlah sapu tangan bersih, rapi terlipat. Kaos dimasukkan, limabelas menit kemudian keluarlah kaos sudah bersih, rapi terlipat. Penasaran dimasukin satu sprei, plus sarung bantal dan guling, dan selimut. Ditunggu lima belas menit belum keluar. Ditunggu setengah jam belum keluar juga. Penasaran dibukalah mesin cuci tersebut, ternyata di dalamnya ada orang lagi sedang mencuci diterangi lampu 5 watt!
Thursday, May 29, 2008
Einstein tentang Agama
"Childish superstition: Einstein's letter makes view of religion relatively clear
http://www.guardian.co.uk/science/2008/may/12/peopleinscience.religion
Tahyul kanak-kanak:
Surat Enstein tentang pandangannya terhadap agama cukup jelas
"Sains tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa sains adalah buta." Begitu ujar Albert Einstein, dan kutipannya yang terkenal yang telah menjadi ajang perdebatan tiada akhir antara orang beriman dan tidak beriman yang ingin mengklaim ilmuwan terbesar abad ke-20 berada di pihak mereka.
Sebuah surat yang kurang dikenal yang ditulis olehnya, mungkin bisa membantu menyelesaikan perdebatan ini - atau paling tidak menambah panjang kontroversi tentang pandangannya terhadap agama.
Menjelang pelelangan surat tersebut minggu ini di London setelah selama 50 tahun menjadi koleksi pribadi, dokumen ini tidak menyisakan keraguan bahwa ahli fisika teoritik ini bukanlah seorang pendukung kepercayaan agama, yang dinilainya sebagai "tahyul kanak-kanak" .
Di dalam surat itu, ia menyatakan bahwa: "Kata tuhan bagiku tidak berarti apa-apa selain ekpresi dan produk dari kelemahan manusia, dan Alkitab sebagai sekumpulan tulisan berharga, namun tetap saja primitif dan kekanak-kanakan. Tidak ada interpretasi secanggih apa pun dapat mengubah ini.
Einstein, yang adalah seorang Yahudi dan yang juga menolak menjadi Presiden Israel yang kedua, dan juga menolak ide bahwa orang Israel adalah bangsa Tuhan yang terpilih."
Bagiku agama Yahudi seperti halnya agama yang lain adalah perwujudan dari tahyul yang kekanak-kanakan. Dan orang Yahudi dengan bangga kuakui sebagai bagian dariku beserta dengan mentalitasnya yang kuakui dekat denganku tidak membedakanku dari orang-orang lain. Sejauh pengalamanku, mereka tidak lebih baik dari bangsa-bangga lain, meskipun mereka terlindungi dari kanker terburuk karena mereka tidak berkuasa. Selain itu aku tidak bisa melihat apa yang "terpilih" dari mereka.
Surat ini akan dilelang di Balai Pelelangan Bloomsbury pada Kamis Festival Mei dan diharapkan mencapai harga £8000. Tulisan tangan tersebut, dalam bahasa Jerman, tidak terinci dalam sumber akademik paling otoritatif tentang masalah ini, yaitu buku tulisan Max Jammer, Einstein and Religion.
Seorang ilmuwan terkemuka Inggris, John Brooke dari Universitas Oxford, mengaku ia belum pernah mendengar tentang hal ini.
Einstein paling dikenal melalui teori relativitasnya dan persamaan E=mc2 yang menggambarkan ekuivalensi antara massa dan energi, namun pandangannya tentang agama telah banyak mengundang tanda tanya.
Orangtuanya bukanlah penganut agama taat namun ia sekolah di sekolah dasar Katolik dan pada saat yang sama diajar secara privat tentang agama Yahudi. Ini mengacu pada masa yang kemudian dinamakannya "surga agama anak-anak", di saat ia mematuhi kewajiban agama seperti tidak makan babi. Ini tidak berlangsung lama dan pada usia 12 tahun ia mulai mempertanyakan keabsahan cerita-cerita di dalam Alkitab."
Konsekuensinya adalah perasaan bebas yang fanatik secara positif disertai perasaan bahwa masa mudanya telah ditipu oleh negara melalui kebohongan; sungguh perasaan yang mengejutkan, " tulisannya.
Dalam tahun-tahun terakhirnya ia mengaju pada "perasaan religius kosmik" yang meresapi dan menjaga karya-karyanya. Pada tahun 1954, setahun sebelum kematiannya, ia mengatakan tentang ingin "merasakan alam semesta seperti sebuah kesatuan kosmik." Ia juga suka menggunakan istilah religius, seperti pada tahun 1926 mengatakan bahwa "Ia [Tuhan] tidak bermain dadu" ketika mengacu pada ketidakpastian yang dihasilkan oleh teori kuantum.
Posisinya terhadap Tuhan telah sering disalahpahami oleh orang dari kedua belah pihak ateism/agamis namun ia selalu menolak untuk digolong-golongkan."
Seperti para ilmuwan besar lainnya ia tidak bisa dikotak-kotakkan seperti yang diinginkan orang dalam polemik," kata Brooke. "Jelas misalnya di mana ia memberikan penghormatan kepada nilai-nilai agama yang terdapat di dalam tradisi Yahudi dan Kristen... tetapi apa yang ia maksud dengan agama adalah sesuatu yang lebih mendalam daripada apa yang biasnya dimaksud dalam diskusi biasa.
Meskipun penolakannya mutlak terhadap agama konvensional, Brooke mengatakan bahwa Einstein sempat marah sewaktu pendangannya dipakai para ateis fundamentalis. Ia marah oleh ketinggihatian mereka dan pernah menulis seperti ini, "Misteri abadi dari dunia ini adalah kesukarannya untuk dipahami."
Wednesday, May 28, 2008
Kontroversi Blue Energy, HOAX terbesar dalam sejarah Indonesia!
Banyak yang menaruh harapan bahkan lebih dari sekedar harapan dengan langsung berinvestasi seperti Presiden kita SBY. Beliau langsung meluluskan untuk membangun pabrik blue energy di daerah Cikeas. Bahkan beliau sempat mempresentasikannya di UNFCC kemaren di Bali.
Belakangan isu ini rame lagi karena sang penemunya, Joko Suprapto menghilang. Tambah rame isu ini, ada yang bilang ia diculik oleh para konglomerat minyak karena penemuannya bisa membuat revolusi di bidang energi.
Apa yang terjadi sesungguhnya. Kalau saya sih bilang ini adalah HOAX terbesar yang mengalahkan HOAX kartu Axis 666 kemaren. Sampai presiden aja kemakan!
Buat yang pernah belajar fisika SMP atau SMA, tentunya tahu kalau air alias H2O bisa diubah menjadi hidrogen dan oksigen dengan proses yang namanya hidrolisis. Hidrogen yang sudah terpisah tersebut bisa dimanfaatkan untuk pembakaran. Tapi proses hidrolisis ini bukannya gratis, melainkan butuh energi listrik. Proses ini sampai sekarang gak dipakai untuk menjalankan motor karena energi yang dibutuhkan dalam pemisahan hidrogen dan air besar sekali. Gak setara dengan energi yang kemudian dihasilkan dari pembakaran hidrogen. Ini kan namanya nombok.
Beda dengan teknologi fusi dingin yang sampai sekarang masih terus diteliti. Fusi dingin juga memanfaatkan salah satu isotop hidrogen yang juga bisa dihasilkan dari hidrolisis air. Hidrogen ini melalui reaksi fusi nuklir seperti yang terjadi di matahari dan menghasilkan energi yang dahsyat. Energi awal yang dipakai untuk hidrolisis gak ada apa2nya dibandingkan dengan energi hasil reaksi fusi nuklir.
Kenapa kita begitu mudah kemakan HOAX semacam ini. Masyarakat kita, termasuk presiden dan staf2nya, masih buta sains. Pendidikan sains mulai dari SD sampai SMA selama 12 tahun seolah tak berbekas di otak kita. Masih ingat dulu kota Jogja yang heboh takut kena siklon tropis, padahal siklon tropis tidak akan menghantam daerah di bawah 10 derajat lintang. Atau isu kartu Axis barusan yang bilang radiasi infra merah HP yang bisa membunuh. Sejak kapan infra merah dipakai dalam koneksi HP kecuali untuk transfer data jarak dekat dengan notebook misalnya.
Sudah saatnya para begawan sains turun gunung, memberikan pencerahan sains ke guru2 sekolah terlebih dahulu, supaya mereka bisa mengajarkan sains secara benar kepada masyarakat. Buku2 sains kita tidak pernah laku (tanya deh KPG gramedia). Rak buku sains gak ada di toko buku, kalaupun ada diisi oleh buku pelajaran dan buku komputer. Berbahaya sekali masyarakat yang buta sains, yang bisa dimanfaatkan oleh orang2 yang tidak bertanggung jawab. Jangan2 kalau ada orang yang dengan cukup meyakinkan mengatakan bahwa bumi ini datar atau mataharilah yang mengelilingi bumi, bukan sebaliknya, masyarakat kita pun akan PERCAYA!
Tuesday, May 13, 2008
Isu Kenaikan BBM
Tapi bukan itu yang ingin saya bahas. Yang ingin saya kritik adalah kenapa pemerintah meniupkan isu kenaikan BBM. Belum jelas kapan mengenai skema kenaikan dan kapan akan dinaikkan. Tapi isu sudah meluas dan masyarakat sudah resah. Beberapa politikus (dan mantan politikus) pun sudah berkomentar. Amin Rais sudah menunjuk SBY-JK tidak kompeten dan membuat kenaikan BBM makin menyulitkan rakyat yang sudah susah.
Saya mencoba berteori mengenai mengapa isu ini ditiup. Saya menganggap pemerintah justru ibarat mencelupkan kaki ke kolam yang dingin untuk menguji seberapa dingin air kolam itu. Tindakan meniupkan isu ke masyarakat adalah untuk menguji medan, menguji seberapa besar perlawanan masyarakat akan kenaikan tersebut. Tindakan tersebut saya nilai tidak bijak, lebih banyak mudarat ketimbang manfaatnya. Lebih baik bahas secara internal dan tuntas, pertimbangkan segala kemungkinan dan buatlah keputusan walaupun itu pahit. Lingkungan usaha cenderung lebih menyukai pendekatan demikian karena memberikan kepastian. Mereka bisa jauh2 hari menyusun langkah antisipasi karena adanya kejelasan.
Sunday, April 13, 2008
Untung ada DVD bajakan!
Saya, mewakili beberapa penggemar film kelas berat belakangan ini merasa porsi tayangan film Indonesia mulai menggerogoti kenikmatan kami menonton film2 berkualitas dari negeri seberang. Film yang menang Oscar "No Country for Old Man" gak masuk jaringan bioskop kita. Beberapa unggulan seperti "There Will be Blood" juga gak tayang. "Juno" yang banyak dipuji, dan skenarionya memenangkan Oscar mungkin baru akan tayang, telat setengah tahun.
Untung masih ada Blitz Megaplex yang sering memasukkan film2 alternatif yang kelas festival sehingga bisa dinikmati oleh para penggemar film kelas berat. Film seperti "The Orphanage" yang diproduksi Guillermo del Toro bisa diputar. Begitu pula dengan "The Fall" karya Tarsem Singh yang fenomenal itu. Yang suka film2 horor Asia (yang jauh lebih bagus dari film horor lokal maupun Hollywood) juga terpuaskan di sana.
Di lain pihak, kecuali anda langganan TV kabel, tontonan di TV lokal benar2 membunuh kecerdasan otak. Masa2 keemasan yang dulu sempat kita nikmati sewaktu RCTI masih pake dekoder seolah menjadi masa lampauyang tak terjangkau. Dulu kita dimanja dengan seri Mac Gyver, Flash, Layar Emas Rabu, film kartun seperti Duck Tales, dll. Di saat banyaknya film seri bermutu di negeri seberang (baik Korea maupun Hollywood) seperti Heroes, CSI, 24, dll, kalau kita gak punya TV kabel silakan nyengir.
Dan disinilah datang "dewa penyelamat" kita, DVD bajakan! Segala macam film, dari yang sampah, porno, india, sampai kelas film klasik dan festival, film seri TV Amerika maupun Korea, film Jepang, anime, semua bisa diperoleh dengan mudah dan murah!
OK, anggaplah pembajakan adalah perbuatan melanggar hukum. Tetapi para pembajak bisa kita lihat seperti Robin Hood dunia hiburan yang memberikan hiburan murah kepada rakyat (dengan segepok keuntungan di tangan mereka tentu saja), yang tanpa mereka hanya nyengir saja nonton film jelek yang makin merajai bioskop dan televisi kita. Hidup DVD bajakan!
Sunday, March 23, 2008
Lagu Ibu Kita Kartini Tiga Bait (Saya Bukan Roy Suryo)
Beberapa hari yang lalu saya jalan2 di sekitar Margonda, Depok, dan melihat di Taman Bacaan ZOE sedang ada jualan buku. Saya obrak-obrik beberapa koleksi buku bekas dan saya menemukan sebuah buku lama berjudul PUSAKA INDONESIA, yang isinya riwayat hidup tokoh-tokoh besar Indonesia. Secara acak aku buka beberapa halaman dan kutemukanlah ini, teks lagu "Ibu Kita Kartini", di dalam buku itu judulnya "Raden Adjeng Kartini", dan tiga bait panjangnya.
Kata-katanya terdengar aneh buat kita yang sudah memakai bahasa Indonesia modern. Teksnya seperti ini, sengaja saya kutip dalam ejaan asli di bukunya, yang terbit pada tahun 1966.
Raden Adjeng Kartini
cipt. W.R. Supratman
Raden Adjeng Kartini, puteri sedjati
Puteri Indonesia, harum namanja
Raden Adjeng Kartini, pendekar isteri
Pendekar kaumnja, untuk mulia.
Raden Adjeng Kartini, pendekar isteri
Pendekar kaum ibu, tanah airnja
Raden Adjeng Kartini, penjuluh budi
Penjuluh bangsanja, karena tjita-tjitanja.
Raden Adjeng Kartini, pendekar djauhari
Puteri jang berdjasa, se Indonesia
Raden Adjeng Kartini, puteri jang sutji
Puteri jang merdeka, tjita-tjitanja.
Refrein:Wahai Raden Adjeng Kartini
Puteri jang mulia
Sungguh besar tjita-tjitamu
Bagi Indonesia.
terbitan Penerbit Bulan Bintang, 1966
Saya tidak punya data kapan lagunya berubah menjadi yang kita kenal sekarang. Mungkin memang ada revisi yang dilakukan oleh (dugaan saya) Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Memang sih kalau kita masih memakai syair yang lama, akan aneh sekali bunyinya. Pendekar isteri..., apa tuh artinya?
Kalau teman-teman, yang sepuh khususnya, pernah mengenal lagu Ibu Kartini versi jadul ini mohon dishare pengalamannya... Ada rekamannya gak yah, mungkin Sanggar Lokananta di Solo punya. Dan sekali lagi, saya bukan Roy Suryo... :p
Sunday, February 24, 2008
Contra Flow Busway Batal Hari ini
Entah kenapa tapi tadi pagi, contra flow tidak jadi dilaksanakan. Katanya sih masih ada masalah dengan ijin. Walhasil masih bermacet ria deh...
Yang unik adalah di dalam busway yang saya tumpangi, ada crew dari TV7 yang mau meliput contra flow. Tentu saja mereka kecewa. Tetapi mereka tetap mewancarai supir busway (pramudi) meminta pendapat mereka tentang kemacetan. Memang kemacetan akibat masuknya kendaraan yang masuk ke jalur busway mengganggu. Jarak antara Ragunan - Dukuh Atas yang semestinya 40 menit, ditempuh dalam 1.5-2 jam. Penumpang pun mulai males dan mengalihkan alat transportasinya ke moda yang lain terlihat dari semakin turunnya jumlah penumpang. Waktu tunggu pun menjadi lama karena kendala kemacetan.
Langkah contra flow ini ditempuh memang karena kemacetan di jalur Mampang - Ragunan sangat parah setiap pagi. Masuknya kendaraan malah memperparah kemacetan karena membuat busway pun ikutan macet.
Sungguh tidak ada yang diuntungkan dari kemacetan dari jalur busway. Yang masuk ke jalur busway pun tidak luput dari macet. Sudah lama didiskusikan bahwa kebijakan buka tutup di saat macet dengan memperbolehkan kendaraan lain masuk ke jalur busway di saat macet tidak membantu. Busway yang mestinya menjadi sarana menghindari macet menjadi macet juga, dan tidak ada jalan keluarnya.
Saya sebagai pemakai angkutan busway jalur 6 berharap kebijakan contra flow ini dapat segera dijalankan (denger2 sih katanya baru rabu bisa dilaksanakan).
Wednesday, January 23, 2008
STOP Biofuel Kalau Masih Mau Makan Tempe
Biofuel sempat menjadi perbincangan di tahun yang lalu ketika Presiden SBY berniat mengkonversi lahan gambut di Kalimantan untuk perkebunan tanaman yang nantinya akan menghasilkan minyak nabati untuk diolah menjadi biofuel. Waktu itu saya menduga ini hanya angat-angat tai ayam alias ikutan tren (apa sih kebijakan di negeri ini yang gak angat-angat tai ayam, reaktif tanpa perencanaan yang matang?) Dugaan saya terbukti benar karena ternyata 17 perusahaan produsen biofuel sekarang di Indonesia sudah terancam bangkrut!.
Tapi bukan itu yang mau saya bahas. Dari awal para aktivis lingkungan menentang industrialisasi biofuel. Pertama, kebutuhan biofuel dunia akan mengkonversi lahan menjadi tanaman penghasil energi, mengalahkan tanaman penghasil pangan. Ini akan membuat harga pangan naik, dan menyulitkan mereka yang berada di kalangan bawah. Kita sudah merasakan dampaknya. Harga kedelai naik karena adanya kenaikan kebutuhan akan kedelai yang dikonversi menjadi biofuel. Begitu pula dengan kenaikan harga gandum dunia. Di Malaysia mereka sudah mulai menjatah minyak goreng (ternyata mereka juga senasib dengan kita) karena adanya kenaikan permintaan CPO untuk biofuel. Dunia akan kelaparan kalau kita melakukan konversi ke biofuel.
Kedua, seluruh muka bumi ini tidak akan cukup untuk ditanami tanaman penghasil biofuel kalau kita berhenti menggunakan bahan bakar fosil dan menggunakan biofuel 100%. Kita butuh LIMA bumi untuk mencukupi kebutuhan biofuel dengan tingkat penggunaan energi saat ini! Jangan tertipu dengan label bahwa biofuel adalah bahan bakar yang bisa diperbaharui karena dihasilkan dari tanaman, dengan demikian lebih ramah lingkungan. Yang terjadi tidaklah seindah itu. Yang akan terjadi adalah meluasnya penebangan hutan untuk membuat lahan perkebunan tanaman energi.
Bukan hanya itu, tanaman ini juga ikut menghabiskan sumber daya air di dunia yang sudah tipis. Kita akan mengalami krisis air bila perkebunan tanaman biofuel dibuat secara luas!
Ketiga, biofuel bukanlah bahan bakar ajaib bebas polusi seperti yang digembar-gemborkan. Biofuel adalah minyak, dan semua minyak adalah rantai karbon yang kalau dibakar akan menghasilkan CO2, sama persis dengan CO2 yang dikeluarkan oleh pembakaran minyak bumi.
Konversi minyak bumi ke biofuel bukanlah jawaban. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Masalahnya adalah di konsumsi energi kita yang sudah berlebihan. Ini ada beberapa tips yang bisa kita lakukan.
1. Sebisa mungkin tidak memiliki kendaraan pribadi. Pakailah kendaraan umum. Kalau pun anda harus memakai kendaraan pribadi, pakailah kendaraan dengan cc kecil (kayak Avanza, Jazz, Yaris), jangan kendaraan 4WD untuk medan berat sekedar untuk berangkat kerja (kayak Landcruiser, Pajero apalagi Hummer). Biasakan nebeng atau ngajakin orang lain supaya kendaraan anda penuh, gak mubazir cuma diisi satu orang (lihat www.nebeng.com)
2. Sebisa mungkin gunakan kereta api dan hindari pesawat. Pesawat adalah kendaraan paling boros bahan bakar, dan langsung mempolusi atmosfer bumi karena ia terbang di atas.
3. Makanlah produk lokal. Jika kita makan produk impor, kita juga menghabiskan energi untuk mengangkutnya ke negara kita. Sudahlah, kita kayaknya udah harus say goodbye sama mie dan roti, karena negara kita tidak menghasilkan gandum. Kita puaskan diri dengan roti tepung beras dan penganan dari singkong dan ubi jalar. Roti dari beras enak juga kok, di India namanya idli.
4. Biofuel sebenarnya tidak jelek kalau kita memanfaatkannya dari limbah atau sekedar mencukupi kebutuhan sendiri dengan tanaman pekarangan pribadi seperti jarak. Minyak jelanta ketimbang dipakai lagi sehingga menjadi penyebab kanker, lebih baik dipakai untuk kendaraan. Pemkot Bogor sudah memanfaatkannya untuk Bis Trans Pakuan. Bila anda memanfaakan pekarangan dan menyuling minyak jarak sekedar untuk keperluan sehari-hari juga tidak berdosa. Yang bermasalah adalah jika kita membuat perkebunan secara ektensif sehingga bersaing dengan tanaman pangan.
Pada intinya hemat energi, sayangi bumi kita.